MAU TURUNIN BERAT BADAN SAYA SIAP MEMBANTU TEMAN TEMAN
GRATISSSSSSSSSSSSSSSSSSSSSS
hai selamat malam semua nya...
gi mana kabar kalian semua nya..
salam semngat buat kalian yang obesitas atau yg over weigh
gua juga pernah merasa bagaimana rasa nya punya berat badan yang berlebihan
malam hari ni saya akan berbagi bagaimana cara menurun berat badan saya sendiri pun tak menyangka saya bisa trun hingga 30 kg dalam waktu 4 bulan
buat teman teman semua yaang mau tau bagaimana nurunuin berat badan nya langusng aja hubungi saya ya
085376033976 atau 08199205701
gua gak ada mau jual jual obat dan gk ada promo2 produk gua cuman mau sharing aja sma klian2 yg mempunyai berat bdan yang berlebihan karna gua tau bagaimana rasanya punya bb yg overweighy ituuu
ni foto2 gua dulu ..
SEMOGA KALIAN BISA YAAAAAA.......
Dedi Hendra
Minggu, 28 Desember 2014
Kamis, 17 Oktober 2013
Kamis, 21 Juni 2012
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN PENYAKIT GASTRITIS PADA MAHASISWA INDEKOST DI STIKES PAYUNG NEGERI
PROGRAM DIII KEPERAWATAN STIKES
PAYUNG NEGERI PEKANBARU
KARYA TULIS ILMIAH
DEDI HENDRAYANI
HUBUNGAN POLA MAKAN DENGAN PENYAKIT
GASTRITIS PADA MAHASISWA INDEKOST DI STIKES PAYUNG NEGERI
Vii + 51 Halaman + 10 tabel + 7
lampiran
INTISARI
Latar
Belakang : Gastritis adalah proses inflamasi pada mukosa dan submukosa
lambung. Gastritis merupakan gangguan kesehatan yang paling sering jumpai
diklinik, karena diagnosisnya sering hanya berdasarkan gejala klinis bukan
bukan pemeriksaan histopatologi. Faktor utama yang menyebabkan anak
indekos rentan terserang penyakit adalah pola hidup yang tidak teratur.
Kebanyakan anak indekos yang kurang memperhatikan asupan gizi yang masuk
ketubuh, terlambat makan, serta tidur larut malam, serta kebanyakan mahasiswa
tersebut adalah perokok, untuk itu disarankan kepada para penghuni kos lebih
menjaga makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Tujuan
Penelitian :
Untuk mengetahui Hubungan antara pola makan dengan penyakit gastritis pada
mahasiswa indekos Di STIkes Payung Negeri dikelurahan Labuh Baru Kecamatan
Payung Sekaki Pekanbaru.
Metode
Penelitian :Jenis
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif
dengan desain korelasi melalui pendekatan cross
sectional. Pada studi cross sectional
dimana subjek diobservasi satu kali saja melalui pengukuran atau pengamatan
pada saat yang bersamaan dengan tujuan untuk melihat variable bebas (independent) dan variable terikat ( dependent ) yang dilakukan pada saat
pengelolahan data.uji dipakai adalah uji chi
square dengan taraf signifikasi 0,05 dengan confidence
interval 95%. Waktu penelitian rencananya akan
dilakukan mulai dari bulan Feburuari 2012 sampai dengan April 2012.
Hasil
Penelitian : Tidak ada hubungan pola makan dengan
penyakit gastritis pada mahasiswa indekost STIKes payung negeri.
Kesimpulan :Pola makan
mahasiswa indekos di STIKes Payung Negeri Pekanbaru, yaitu pola makan teratur
26 orang (57,78%), Penyakit gastritis tidak terjadi 34 orang
(75,56%).Berdasarkan uji analisa chi-square didapatkan tidak ada
hubungan antara pola makan dengan penyakit gastritis, dimana x2 hitung
(0,049) < x2 tabel (3,84
Kata kunci : pola makan,
mahasiswa, gastritis
Referensi : 19 ( 2002-2011)
MAU HUBUNGI 085265378180 BUKU LENGKAP.
Sabtu, 10 Maret 2012
LIRIK LAGU CUMA KAMU RIDHO ROMA
"CUMA KAMU "
cuma kamu sayangku di dunia ini
cuma kamu cintaku di dunia ini
tanpa kamu hampa ku rasa dunia ini
tanpa kamu sunyi ku rasa dunia ini
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
cuma kamu sayangku di dunia ini
cuma kamu cintaku di dunia ini
cuma kamu cintaku di dunia ini
tanpa kamu hampa ku rasa dunia ini
tanpa kamu sunyi ku rasa dunia ini
*courtesy of LirikLaguIndonesia.Net
cuma kamu sayangku di dunia ini
cuma kamu cintaku di dunia ini
tiada kalimat dapat melukiskan
betapa sayangku kepada dirimu
tiada ibarat sebagai ungkapan
betapa cintaku kepada dirimu
betapa sayangku kepada dirimu
tiada ibarat sebagai ungkapan
betapa cintaku kepada dirimu
dapatkah kau rasakan
dari belai tanganku
dapatkah kau rasakan
dari tatap mataku
dari belai tanganku
dapatkah kau rasakan
dari tatap mataku
cuma kamu sayangku di dunia ini
cuma kamu cintaku di dunia ini
tanpa kamu hampa ku rasa dunia ini
tanpa kamu sunyi ku rasa dunia ini
cuma kamu cintaku di dunia ini
tanpa kamu hampa ku rasa dunia ini
tanpa kamu sunyi ku rasa dunia ini
cuma kamu sayangku di dunia ini
cuma kamu cintaku di dunia ini
cuma kamu cintaku di dunia ini
Sabtu, 26 November 2011
makalah askep CHF
MAKALAH KELOMPOK
“GAGAL JANTUNG KOGNESTIF (CHF)”
DI SUSUN OLEH:
Dedi Hendrayani
Elisa Novita Sari
Fatmawati Kartika Sari
Merry marizka MZ
Sekolah Tinggi Ilmu kesehatan (STikes) Payung Negeri
Pekanbaru
DIII Keperawatan
2011-2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “GAGAL JANTUNG KOGNESTIF (CHF)”
Makalah ini berisikan tentang informasi defenisi, etiologi, patofisiologi,manifestasi klinis serta asuhan keperawatan CHF.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Saat ini Congestive Hearth Failure (CHF) atau yang biasa disebut gagal jantung kongestif merupakan satu-satunya penyakit kardiovaskuler yang terus meningkat insiden dan prevalensinya. Risiko kematian akibat gagal jantung berkisar antara 5-10% pertahun pada gagal jantung ringan yang akan meningkat menjadi 30-40% pada gagal jantung berat. Selain itu, gagal jantung merupakan penyakit yang paling sering memerlukan perawatan ulang di rumah sakit (readmission) meskipun pengobatan rawat jalan telah diberikan secara optimal (R. Miftah Suryadipraja).
CHF adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah ke seluruh tubuh (Ebbersole, Hess, 1998). Risiko CHF akan meningkat pada orang lanjut usia(lansia) karena penurunan fungsi ventrikel akibat penuaan. CHF ini dapat menjadi kronik apabila disertai dengan penyakit-penyakit seperti: hipertensi, penyakit katub jantung, kardiomiopati, dan lain-lain. CHF juga dapat menjadi kondisi akut dan berkembang secara tiba-tiba pada miokard infark.
CHF merupakan penyebab tersering lansia dirawat di rumah sakit (Miller,1997). Sekitar 3000 penduduk Amerika menderita CHF. Pada umumnya CHF diderita lansia yang berusia 50 tahun, Insiden ini akan terus bertambah setiap tahun pada lansia berusia di atas 50 tahun (Aronow et al,1998). Menurut penelitian, sebagian besar lansia yang dididiagnosis CHF tidak dapat hidup lebih dari 5 tahun (Ebbersole, Hess,1998).
Dalam makalah ini membahas CHF pada lansia disertai penanganan dan asuhan Keperawatan pada pasien lanjut usia dengan CHF.
1.2 TUJUAN PENULISAN
1. TUJUAN UMUM
Mahasiswa mampu menjelaskan tentang penyakit CHF
2. TUJUAN KHUSUS
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian CHF
b. Mahasiswa mampu menjelaskan penyebab CHF
c. Mahasiswa mampu menjelaskan tanda dan gejala CHF
d. Mahasiswa mampu menjelaskan patofisiologi CHF
e. Mahasiswa mampu menjelaskan masifestasi klinis CHF
f. Mahasiswa mampu menjelaskan pemeriksaan penunjang pada CHF
g. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan pasien dengan CHF
h. Mahasiswa mampu melakukan asuhan keperawatan gawat darurat pada pasien dengan CHF
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 GAGAL JANTUNG KONGESTIF (CHF)
A.Pengertian
Gagal jantung adalah keadaan patofisiologik dimana jantung sebagai pompa tidak mampu memenuhi kebutuhan darah untuk metabolisme jaringan. Ciri-ciri yang penting dari defenisi ini adalah pertama defenisi gagal adalah relatif terhadap kebtuhan metabolic tubuh, kedua penekanan arti gagal ditujukan pada fungsi pompa jantung secara keseluruhan. Istilah gagal miokardium ditujukan spesifik pada fungsi miokardium ; gagal miokardium umumnya mengakibatkan gagal jantung, tetapi mekanisme kompensatorik sirkulai dapat menunda atau bahkan mencegah perkembangan menjadi gagal jantung dalam fungsi pompanya.
Istilah gagal sirkulasi lebih bersifat umum dari pada gagal jantung. Gagal sirkulasi menunjukkan ketidakmampuan dari sistem kardiovaskuler untuk melakukan perfusi jaringan dengan memadai. Defenisi ini mencakup segal kelainan dari sirkulasi yang mengakibatkan perfusi jaringan yang tidak memadai, termasuk perubahan dalam volume darah, tonus vaskuler dan jantung. Gagal jantung kongetif adlah keadaan dimana terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompenstoriknya. Gagal jantung kongestif perlu dibedakan dengan istilah yang lebih umum yaitu. Gagal sirkulasi, yang hanya berarti kelebihan bebabn sirkulasi akibat bertambahnya volume darah pada gagal jantung atau sebab-sebab diluar jantung, seperti transfusi yang berlebihan atau anuria.
KLASIFIKASI
1. Gagal jantung akut -kronik
A. Gagal jantung akut terjadinya secara tiba-tiba, ditandai dengan penurunan kardiak output dan tidak adekuatnya perfusi jaringan. Ini dapat mengakibatkan edema paru dan kolaps pembuluh darah.
B. Gagal jantung kronik terjadinya secar perkahan ditandai dengan penyakit jantung iskemik, penyakit paru kronis. Pada gagal jantung kronik terjadi retensi air dan sodium pada ventrikel sehingga menyebabkan hipervolemia, akibatnya ventrikel dilatasi dan hipertrofi.
2. Gagal Jantung Kanan- Kiri
A. Gagal jantung kiri terjadi karena ventrikel gagal untuk memompa darah secara adekuat sehingga menyebabkan kongesti pulmonal, hipertensi dan kelainan pada katub aorta/mitral
B. Gagal jantung kanan, disebabkan peningkatan tekanan pulmo akibat gagal jantung kiri yang berlangsung cukup lama sehingga cairan yang terbendung akan berakumulasi secara sistemik di kaki, asites, hepatomegali, efusi pleura, dll.
3. Gagal Jantung Sistolik-Diastolik
A. Sistolik terjadi karena penurunan kontraktilitas ventrikel kiri sehingga ventrikel kiri tidak mampu memompa darah akibatnya kardiak output menurun dan ventrikel hipertrofi
B. Diastolik karena ketidakmampuan ventrikel dalam pengisian darah akibatnya stroke volume cardiac output turun.
B.Etiologi dan Patofisiologi
Gagal jantung adalah komplikasi yang paling sering dari segala jenis penyakit jantung kongestif maupun didapat. Mekanisme fisiologis yang menyebabkan gagal jantung mencakup keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan cacat septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada imfark miokardium dan kardiomiopati.
Faktor-fktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui penekanana sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik dan infeksi paru-paru dan emboli paru-paru. Pennganan yang efektif terhadap gagal jantung membutuhkan pengenalan dan penanganan tidak saja terhadap mekanisme fisiologis dan penykit yang mendasarinya, tetapi juga terhadap faktor-faktor yang memicu terjadinya gagal jantung.
C.Tanda dan Gejala
1. CHF Kronik
Meliputi: anoreksia, nokturia, edema perifer, hiperpigmentasi ekstremitas bawah, kelemahan, heaptomegali,ascites, dyspnea, intoleransi aktivitas barat, kulit kehitaman.
2. CHF Akut
Meliputi: ansietas, peningkatan berat badan, restletness, nafas pendek, bunyi krekels, fatigue, takikardi, penurunan resistensi vaskuler, distensi vena jugularis, dyspnea, orthopnea, batuk, batuk darah, wheezing bronchial, sianosis, denyut nadi lemah dan tidak teraba, penurunan urin noutput, delirium, sakit kepala.
D.Patofisiologi
Kelainan intrinsik pada kontraktilitas miokardium yang khas pada gagal jantung akibat penyakit jantung iskemik, mengganggu kemampuan pengosongan ventrikel yang efektif. Kontraktilitas ventrikel kiri yang menurun mengurangi curah sekuncup dan meningkatkan volume residu ventrikel.
Tekanan rteri paru-paru dapat meningkat sebagai respon terhadap peningkatan kronis tekanan vena paru. Hipertensi pulmonary meningkatkan tahanan terhadap ejeksi ventrikel kanan. Serentetan kejadian seprti yang terjadi pada jantung kiri, juga akan terjadi pada jantung kanan, dimana akhirnya akan terjdi kongesti sistemik dan edema.
Perkembangan dari kongesti sistemik atau paru-paru dan edema dapat dieksaserbasi oleh regurgitasi fungsional dan katub-katub trikuspidalis atau mitralis bergantian. Regurgitasi fungsional dapat disebabkan oleh dilatasi dari annulus katub atrioventrikularis atau perubahan-perubahan pada orientasi otot papilaris dan kordatendinae yang terjadi sekunder akibat dilatasi ruang.
Sebagai respon terhadap gagal jantung ada tiga meknisme primer yang dapat dilihat; meningkatnya aktifitas adrenergik simpatik, meningkatnya beban awal akibat aktivasi istem rennin-angiotensin-aldosteron dan hipertrofi ventrikel. Ketiga respon ini mencerminkan usaha untuk mempertahankan curh jantung. Meknisme-meknisme ini mungkin memadai untuk mempertahnkan curah jantung pada tingkat normal atau hampir normal pada gagal jantung dini, pada keadaan istirahat. Tetapi kelainan pad kerj ventrikel dan menurunnya curah jantung biasanya tampak pada keadaan berktivitas. Dengn berlanjutny gagal jantung maka kompensasi akan menjadi semakin luring efektif.
E.Penanganan
Gagal jantung ditngani dengan tindakan umum untuk mengurangi beban kerja jantung dan manipulasi selektif terhadap ketiga penentu utama dari fungsi miokardium, baik secar sendiri-sendiri maupun gabungan dari : beban awal, kontraktilitas dan beban akhir.Penanganan biasanya dimulai ketika gejala-gejala timbul pad saat beraktivitas biasa. Rejimen penanganan secar progresif ditingkatkan sampai mencapai respon klinik yang diinginkan. Eksaserbasi akut dari gagal jantung atau perkembangan menuju gagal jantung yang berat dapat menjadi alasan untuk dirawat dirumah sakit atau mendapat penanganan yang lebih agresif .
Pembatasan aktivitas fisik yang ketat merupakan tindakan awal yang sederhan namun sangat tepat dalam pennganan gagal jantung. Tetapi harus diperhatikan jngn sampai memaksakan lrngan yng tak perlu untuk menghindari kelemahan otot-otot rangka. Kini telah dikethui bahwa kelemahan otot rangka dapat meningkatkan intoleransi terhadap latihan fisik. Tirah baring dan aktifitas yang terbatas juga dapat menyebabkan flebotrombosis. Pemberian antikoagulansia mungkin diperlukan pad pembatasan aktifitas yang ketat untuk mengendalikan gejala.
F.WOC CHF
G.Komplikasi
1. Trombosis vena dalam, karena pembentukan bekuan vena karena stasis darah.
2. Syok Kardiogenik, akibat disfungsi nyata
3. Toksisitas digitalis akibat pemakaian obat-obatan digitalis
H.Pemeriksaan Diagnostik
1. EKG; mengetahui hipertrofi atrial atau ventrikuler, penyimpanan aksis, iskemia dan kerusakan pola.
2. ECG; mengetahui adanya sinus takikardi, iskemi, infark/fibrilasi atrium, ventrikel hipertrofi, disfungsi pentyakit katub jantung.
3. Rontgen dada; Menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh darah atau peningkatan tekanan pulnonal.
4. Scan Jantung; Tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan jantung.
5. Kateterisasi jantung; Tekanan abnormal menunjukkan indikasi dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri, stenosis katub atau insufisiensi serta mengkaji potensi arteri koroner.
6. Elektrolit; mungkin berubah karena perpindahan cairan atau penurunan fungsi ginjal, terapi diuretic.
7. Oksimetri nadi; Saturasi Oksigen mungkin rendah terutama jika CHF memperburuk PPOM.
8. AGD; Gagal ventrikel kiri ditandai alkalosis respiratorik ringan atau hipoksemia dengan peningkatan tekanan karbondioksida.
9. Enzim jantung; meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung,missal infark miokard (Kreatinin fosfokinase/CPK, isoenzim CPK dan Dehidrogenase Laktat/LDH, isoenzim LDH).
I.Penatalaksanaan
1. Non Farmakologis
a. CHF Kronik
· Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
· Diet pembatasan natrium (<>
· Menghentikan obat-obatan yang memperparah seperti NSAIDs karena efek prostaglandin pada ginjal menyebabkan retensi air dan natrium
· Pembatasan cairan (kurang lebih 1200-1500 cc/hari)
· Olah raga secara teratur
b. CHF Akut
· Oksigenasi (ventilasi mekanik)
· Pembatasan cairan (<>
2. Farmakologis
Tujuan: untuk mengurangi afterload dan preload
a. First line drugs; diuretic
Tujuan: mengurangi afterload pada disfungsi sistolik dan mengurangi kongesti pulmonal pada disfungsi diastolic.
Obatnya adalah: thiazide diuretics untuk CHF sedang, loop diuretic, metolazon (kombinasi dari loop diuretic untuk meningkatkan pengeluaran cairan), Kalium-Sparing diuretic
b. Second Line drugs; ACE inhibitor
Tujuan; membantu meningkatkan COP dan menurunkan kerja jantung.Obatnya adalah:
· Digoxin; meningkatkan kontraktilitas. Obat ini tidak digunakan untuk kegagalan diastolic yang mana dibutuhkan pengembangan ventrikel untuk relaksasi
· Hidralazin; menurunkan afterload pada disfungsi sistolik.
· Isobarbide dinitrat; mengurangi preload dan afterload untuk disfungsi sistolik, hindari vasodilator pada disfungsi sistolik.
· Calsium Channel Blocker; untuk kegagalan diastolic, meningkatkan relaksasi dan pengisian dan pengisian ventrikel (jangan dipakai pada CHF kronik).
· Beta Blocker; sering dikontraindikasikan karena menekan respon miokard. Digunakan pada disfungsi diastolic untuk mengurangi HR, mencegah iskemi miocard, menurunkan TD, hipertrofi ventrikel kiri.
3. Pendidikan Kesehatan
a. Informasikan pada klien, keluarga dan pemberi perawatan tentang penyakit dan penanganannya.
b. Informasi difokuskan pada: monitoring BB setiap hari dan intake natrium.
c. Diet yang sesuai untuk lansia CHF: pemberian makanan tambahan yang banyak mengandung kalium seperti; pisang, jeruk, dll.
d. Teknik konservasi energi dan latihan aktivitas yang dapat ditoleransi dengan bantuan terapis.
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Gagal serambi kiri/kanan dari jantung mengakibtkan ketidakmampuan memberikan keluaran yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan dan menyebabkan terjadinya kongesti pulmonal dan sistemik . Karenanya diagnostik dan teraupetik berlnjut . GJK selanjutnya dihubungkan dengan morbiditas dan mortalitas.
1. Aktivitas/istirahat
a. Gejala : Keletihan/kelelahan terus menerus sepanjang hari, insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat istirahat.
b. Tanda : Gelisah, perubahan status mental mis : letargi, tanda vital berubah pad aktivitas.
2. Sirkulasi
a. Gejala : Riwayat HT, IM baru/akut, episode GJK sebelumnya, penyakit jantung , bedah jantung , endokarditis, anemia, syok septic, bengkak pada kaki, telapak kaki, abdomen.
b. Tanda :
1) TD ; mungkin rendah (gagal pemompaan).
2) Tekanan Nadi ; mungkin sempit.
3) Irama Jantung ; Disritmia.
4) Frekuensi jantung ; Takikardia.
5) Nadi apical ; PMI mungkin menyebar dan merubah
6) posisi secara inferior ke kiri.
7) Bunyi jantung ; S3 (gallop) adalah diagnostik, S4 dapat
8) terjadi, S1 dan S2 mungkin melemah.
9) Murmur sistolik dan diastolic.
10) Warna ; kebiruan, pucat abu-abu, sianotik.
11) Punggung kuku ; pucat atau sianotik dengan pengisian
12) kapiler lambat.
13) Hepar ; pembesaran/dapat teraba.
14) Bunyi napas ; krekels, ronkhi.
15) Edema ; mungkin dependen, umum atau pitting
16) khususnya pada ekstremitas.
3. Integritas ego
a. Gejala : Ansietas, kuatir dan takut. Stres yang berhubungan dengan penyakit/keperihatinan finansial (pekerjaan/biaya perawatan medis)
b. Tanda : Berbagai manifestasi perilaku, mis : ansietas, marah, ketakutan dan mudah tersinggung.
4. Eliminasi
Gejala : Penurunan berkemih, urine berwana gelap, berkemih malam hari (nokturia), diare/konstipasi.
5. Makanan/cairan
a. Gejala : Kehilangan nafsu makan, mual/muntah, penambhan berat badan signifikan, pembengkakan pada ekstremitas bawah, pakaian/sepatu terasa sesak, diet tinggi garam/makanan yang telah diproses dan penggunaan diuretic.
b. Tanda : Penambahan berat badan cepat dan distensi abdomen (asites) serta edema (umum, dependen, tekanan dn pitting).
6. Higiene
a. Gejala : Keletihan/kelemahan, kelelahan selama aktivitas Perawatan diri.
b. Tanda : Penampilan menandakan kelalaian perawatan personal.
7. Neurosensori
a. Gejala : Kelemahan, pening, episode pingsan.
b. Tanda : Letargi, kusut pikir, diorientasi, perubahan perilaku dan mudah tersinggung.
8. Nyeri/Kenyamanan
a. Gejala : Nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri abdomen kanan atas dan sakit pada otot.
b. Tanda : Tidak tenang, gelisah, focus menyempit danperilaku melindungi diri.
9. Pernapasan
a. Gejala : Dispnea saat aktivitas, tidur sambil duduk atau dengan beberapa bantal, batuk dengn/tanpa pembentukan sputum, riwayat penyakit kronis, penggunaan bantuan pernapasan.
b. Tanda :
1) Pernapasan; takipnea, napas dangkal, penggunaan otot asesori pernpasan.
2) Batuk : Kering/nyaring/non produktif atau mungkin batuk terus menerus dengan/tanpa pemebentukan sputum.
3) Sputum ; Mungkin bersemu darah, merah muda/berbuih (edema pulmonal)
4) Bunyi napas ; Mungkin tidak terdengar.
5) Fungsi mental; Mungkin menurun, kegelisahan, letargi.
6) Warna kulit ; Pucat dan sianosis.
10. Keamanan
Gejala : Perubahan dalam fungsi mental, kehilangankekuatan/tonus otot, kulit lecet.
11. Interaksi sosial
Gejala : Penurunan keikutsertaan dalam aktivitas sosial yang biasa dilakukan.
12. Pembelajaran/pengajaran
a. Gejala : menggunakan/lupa menggunakan obat-obat jantung, misalnya : penyekat saluran kalsium.
b. Tanda : Bukti tentang ketidak berhasilan untuk meningkatkan.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan structural, ditandai dengan ;
a. Peningkatan frekuensi jantung (takikardia) : disritmia, perubahan gambaran pola EKG
b. Perubahan tekanan darah (hipotensi/hipertensi).
c. Bunyi ekstra (S3 & S4)
d. Penurunan keluaran urine
e. Nadi perifer tidak teraba
f. Kulit dingin kusam
g. Ortopnea,krakles, pembesaran hepar, edema dan nyeri dada.
Tujuan
Klien akan : Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung.
Intervensi
a. Auskultasi nadi apical ; kaji frekuensi, iram jantung
Rasional : Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel.
b. Catat bunyi jantung
Rasional : S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup.
c. Palpasi nadi perifer
Rasional : Penurunan curah jantung dapat menunjukkan menurunnya nadi radial, popliteal, dorsalis, pedis dan posttibial. Nadi mungkin cepat hilang atau tidak teratur untuk dipalpasi dan pulse alternan.
d. Pantau TD
Rasional : Pada GJK dini, sedng atu kronis tekanan drah dapat meningkat. Pada HCF lanjut tubuh tidak mampu lagi mengkompensasi danhipotensi tidak dapat norml lagi.
e. Kaji kulit terhadp pucat dan sianosis
Rasional : Pucat menunjukkan menurunnya perfusi perifer ekunder terhadap tidak dekutnya curh jantung; vasokontriksi dan anemia. Sianosis dapt terjadi sebagai refrakstori GJK. Area yang sakit sering berwarna biru atu belang karena peningkatan kongesti vena.
f. Berikan oksigen tambahan dengan kanula nasal/masker dan obat sesuai indikasi (kolaborasi)
Rasional : Meningkatkn sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard untuk melawan efek hipoksia/iskemia. Banyak obat dapat digunakan untuk meningkatkan volume sekuncup, memperbaiki kontraktilitas dan menurunkan kongesti.
2. Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Ditandai dengan : Kelemahan, kelelahan, Perubahan tanda vital, adanya disrirmia, Dispnea, pucat, berkeringat.
Tujuan /kriteria evaluasi :
Klien akan : Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan.
Intervensi
a. Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta.
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung.
b. Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat.
Rasional : Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan.
c. Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas.
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas.
d. Implementasi program rehabilitasi jantung/aktivitas (kolaborasi)
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindari kerja jantung/konsumsi oksigen berlebihan. Penguatan dan perbaikan fungsi jantung dibawah stress, bila fungsi jantung tidak dapat membaik kembali,
3. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. ditandai dengan : Ortopnea, bunyi jantung S3, Oliguria, edema, Peningkatan berat badan, hipertensi, Distres pernapasan, bunyi jantung abnormal.
Tujuan /kriteria evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individual.
Intervensi :
a. Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi.
Rasional : Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring.
b. Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada.
c. Pertahakan duduk atau tirah baring dengan posisi semifowler selama fase akut.
Rasional : Posisi tersebut meningkatkan filtrasi ginjal dan menurunkan produksi ADH sehingga meningkatkan diuresis.
d. Pantau TD dan CVP (bila ada)
Rasional : Hipertensi dan peningkatan CVP menunjukkan kelebihan cairan dan dapat menunjukkan terjadinya peningkatan kongesti paru, gagal jantung.
e. Kaji bisisng usus. Catat keluhan anoreksia, mual, distensi abdomen dan konstipasi.
Rasional : Kongesti visceral (terjadi pada GJK lanjut) dapat mengganggu fungsi gaster/intestinal.
f. Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi)
g. Konsul dengan ahli diet.
Rasional : perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
4. Resiko tinggi gangguan pertukaran gas berhubungan dengan : perubahan menbran kapiler-alveolus.
Tujuan /kriteria evaluasi,
Klien akan : Mendemonstrasikan ventilasi dan oksigenisasi dekuat pada jaringan ditunjukkan oleh oksimetri dalam rentang normal dan bebas gejala distress pernapasan., Berpartisipasi dalam program pengobatan dalam btas kemampuan/situasi.
Intervensi :
a. Pantau bunyi nafas, catat krekles
Rasional : menyatakan adnya kongesti paru/pengumpulan secret menunjukkan kebutuhan untuk intervensi lanjut.
b. Ajarkan/anjurkan klien batuk efektif, nafas dalam.
Rasional : membersihkan jalan nafas dan memudahkan aliran oksigen.
c. Dorong perubahan posisi.
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
d. Kolaborasi dalam Pantau/gambarkan seri GDA, nadi oksimetri.
Rasional : Hipoksemia dapat terjadi berat selama edema paru.
e. Berikan obat/oksigen tambahan sesuai indikasi
5. Resiko tinggi terhadap kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, edema dan penurunan perfusi jaringan.
Tujuan/kriteria evaluasi
Klien akan : Mempertahankan integritas kulit, Mendemonstrasikan perilaku/teknik mencegah kerusakan kulit.
Intervensi
a. Pantau kulit, catat penonjolan tulang, adanya edema, area sirkulasinya terganggu/pigmentasi atau kegemukan/kurus.
Rasional : Kulit beresiko karena gangguan sirkulasi perifer, imobilisasi fisik dan gangguan status nutrisi.
b. Pijat area kemerahan atau yang memutih
Rasional : meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
c. Ubah posisi sering ditempat tidur/kursi, bantu latihan rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi waktu satu area yang mengganggu aliran darah.
d. Berikan perawtan kulit, minimalkan dengan kelembaban/ekskresi.
Rasional : Terlalu kering atau lembab merusak kulit/mempercepat kerusakan.
e. Hindari obat intramuskuler
Rasional : Edema interstisial dan gangguan sirkulasi memperlambat absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit/terjadinya infeksi..
6. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai kondisi dan program pengobatan berhubungan dengan kurang pemahaman/kesalahan persepsi tentang hubungan fungsi jantung/penyakit/gagal, ditandai dengan : Pertanyaan masalah/kesalahan persepsi, terulangnya episode GJK yang dapat dicegah.
Tujuan/kriteria evaluasi
Klien akan :
a. Mengidentifikasi hubungan terapi untuk menurunkan episode berulang dan mencegah komplikasi.
b. Mengidentifikasi stress pribadi/faktor resiko dan beberapa teknik untuk menangani.
c. Melakukan perubahan pola hidup/perilaku yang perlu.
Intervensi
a. Diskusikan fungsi jantung normal
Rasional : Pengetahuan proses penyakit dan harapan dapat memudahkan ketaatan pada program pengobatan.
b. Kuatkan rasional pengobatan.
Rasional : Klien percaya bahwa perubahan program pasca pulang dibolehkan bila merasa baik dan bebas gejala atau merasa lebih sehat yang dapat meningkatkan resiko eksaserbasi gejala.
c. Anjurkan makanan diet pada pagi hari.
Rasional : Memberikan waktu adequate untuk efek obat sebelum waktu tidur untuk mencegah/membatasi menghentikan tidur.
d. Rujuk pada sumber di masyarakat/kelompok pendukung suatu indikasi
Rasional : dapat menambahkan bantuan dengan pemantauan sendiri/penatalaksanaan dirumah.
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.D
Umur : 40 thn
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Siswa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Tidak kawin
Alamat : Jl. Lyli No. 05
No. Telp/Hp : -
No. Medical Record : 69.66.40
Ruang Rawat : Nuri I
Gol. Darah : o+
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : JAMKESMAS
Pekerjaan : -
Alamat : -
No. Telp/Hp : -
C. DATA SAAT MASUK RS
Tanggal masuk RS : 16 Feb 2010
Jam Masuk RS : 14 : 15 WIB
Yang mengirim/merujuk : IGD
Cara Masuk : menggunakan via ambulance
Alasan Masuk : Kepala pusing,cepat cepat capek.
Diagnosa medis saat masuk : Gastroenteritis
Ruang Rawat : Nuri I
Diagnosa medis saat pengkajian : CHF
D. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Keluhan Utama/Gejala : Pasien datang dengan keluhan badan terasa lemah, pusing, BAB terus menerus 5 x hari ini, mual muntah, konsistensi cair.klien mengatakan aktivitasnya dilakukan di tempat tidur dan di bantu oleh keluarga. TTV: TD: 90/70mmHg, N: 90 x/i. S: 37,5 C, RR: 26 x/i, klien terpasang IVFD: NaCl 0,9 persen 30 tts/i
2. Kondisi atau keadaan klien saat pengkajian (menggunakan alat bantu, jelaskan)
Klien terpasang IVFD NACL 30 tts/i, K/U lemah, kesadaran CM, klien mengatakan kepalanya pusing, klien terlihat bingung, klien banyak bertanya, pasien mengatakan BAB udah 5 x hari ini TTV: TD: 140/90 mmHg, N: 94 x/i, S: 36,9 C, RR: 24 x/i.
Masalah Keperawatan : - Intoleransi aktivitas
- integritas kulit
- Kurang nya volume cairan
E. RIWAYAT PENGOBATAN TERAKHIR
Apakah sudah berobat : Belum
Bila berobat kemana : -
Penanganan yang diterima : -
Bila dirawat dimana : -
Berapa lama : -
Bila berobat jalan, obat-obatan yang diterima : -
F. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
1. Penyakit yang pernah diderita : -
2. Penyebab Penyakit : -
3. Apakah sudah berobat? : -
Bila sudah kemana : -
Penanganan yang diterima : -
Bila berobat jalan : Obat-obatan yang diterima ( - )
Bila dirawat : Alasan dirawat ( - )
4. Pernah dioperasi : tidak pernah
Bila pernah, kapan : tidak ada
Tempat : tidak ada
Lokasi operasi : tidak ada
5. Alergi : tidak ada
G. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Kejadian penyakit keturunan/menular : tidak ada penyakit keturunan/menular.
2. Genogram Keluarga
: meninggal : Laki-laki : pasien
: Perempuan : tinggal serumah
H. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
a. PSIKOLOGIS
Suasana hati/mood : Baik
Karakter : Pendiam
Keadaan Emosionil : Baik
Konsep Diri : Baik
Persepsi pasien terhadap penyakitnya
Hal yang amat dipikirkan saat ini : Kapan penyakitnya sembuh
Harapan setelah menjalani perawatan : Penyakit yang diderita bisa cepat sembuh
Perubahan Yang dirasakan setelah sakit : Lebih banyak melmun
Mekanisme Koping: Cukup baik
b. SOSIAL
Orang yang terdekat dgn pasien : Ibu
Hubungan antar keluarga : Baik
Hubungan dengan orang lain : Baik
Perhatian terhadap orang lain : Baik
Perhatian terhadap lawan bicara : Baik
Kegemaran/Hobi : Memancing
c. SPIRITUAL
Pelaksanaan Ibadah : Baik
Kepercayaan/keagamaan dan aktifitas keagamaan yang ingin dilakukan
Keyakinan Kpd Tuhan : Yakin
Lain-lain, jelaskan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
I. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1. Pola Nutrisi dan Cairan
a. Makan
1. Sehat
Pola makan : 3 x 1 hari
Makanan kesukaan : Mie Rebus
Diet khusus : tidak ada
2. Sakit
Pola makan : 3 x 1 hari
Diet : MB
Keluhan : tidak ada
Makanan pantangan : tidak ada
Perubahan Berat badan : Normal
Keluhan : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
b. Cairan/Minuman
1. Sehat
Pola minum : Teratur, 2500 ml/hari
Minuman kesukaan : Jus jeruk
2. Sakit
Intake Cairan : Oral : 1000 ml /hari
Parental 1000 ml /hari
Total : 2000 ml/hr
Keluhan : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
2. Pola Eliminasi
a. BAK
1. Sehat
Jumlah urine : Normal
Warna : Kuning
Bau : Khas
Pola BAK : 3-4 x /hr
2. Sakit
Jumlah urin : 1300 – 1500 cc
Bau : Khas
Volume : -
Warna : Kuning pekat
Keluhan lain : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
b. BAB
1. Sehat
Konsistensi : Padat
Warna : Cokelat
Bau : Khas
Pola defekasi : 1-2 x sehari
Bentuk : Semisolid
Lendir : -
Darah : -
Masalah eliminasi bowel : Tidak ada
b. Sakit
Konsistensi : Cair
Warna : kuning
Bau : Khas
Pola defekasi : 5-6 x sehari
Bentuk : cair
Lendir : ada
Darah : tidak ada
Masalah eliminasi bowel : Tidak ada
Lain-lain : tidak ada
Masalah Keperawatan : gangguan eliminasi:gastroenteritis
3. Pola Aktifitas/Latihan
a. Sehat
Pola Aktifitas sehari-hari : Bekerja
Latihan fisik : olahraga
Jenis : volly ball
Frekwensi : 1 x seminggu
Lama : 2 jam
Aktifitas yg membuat lelah : Bekerja terlalu lama
Gangguan pergerakan : Nyeri sendi, kram otot
Penyebab : keletihan
Gejala : letih
Efek : Susah beraktivitas
Lain-lain : Tidak ada
b.sakit
Pola aktifitas sehari- hari : pasien bedrest
latihan fisik : tidak ada
jenis : tidak ada
frekuensi : tidak ada
lama : tidak ada
aktivitas yang membuat lemah : tidak ada karena pasien bedrest
gangguan pergerakan : tidak ada
keluhan lain : tidak ada
masalah keperawatan : tidak ada
4. Pola Istirahat Tidur
a. Sehat
Pola tidur : Teratur
Malam (jam) : 7 jam
Siang (jam) : 2 jam
Total (jam) : 9 jam
Gangguan tidur : Tidak ada
b. Sakitk
Pola tidur : Teratur
Malam (jam) : 6 jam
Siang (jam) : 2 Jam
Total (jam) : 8 jam
Gangguan tidur : Tidak ada
Keluhan lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
5. Personal Hygiene
a. Sehat
Mandi : 2 x sehari
Gosok gigi : 3 x sehari
Cuci rambut : 2 x seminggu
Potong kuku : 1 x seminggu
Hambatan pemenuhan P. Hygiene : Tidak ada
b. Sakit
Mandi : 1 x sehari
Gosok gigi : 1 x sehari
Cuci rambut : belum ada semenjak masuk rumah sakit
Potong kuku : 1 x seminggu
Hambatan pemenuhan p. hygiene : Kepala pusing dan di bantu oleh keluarga
Masalah keperawatan : Gangguan pemenuhan P. Hygiene
6. Keselamatan dan Keamanan
Kebisingan : Tidak ada
Peralatan medik : IVFD NACL 30 tts/i
Identitas Klien : ada
Keluhan lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
J. CATATAN KHUSUS
1. Apa pasien mengerti tentang penyakit yang di deritanya? : tidak
2. Bila dulu pernah dirawat, macam kegiatan perawatan apa dirasakan terganggu? : Tidak ada
3. Bagaimana hubungan suami istri sebelum dan sesudah sakit? : Baik
4. Apakah ada pertanyaan yang diajukan? : Ada
5. Bila ada : tentang program pengobatan penyakitnya
Masalah Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan
K. PEMERIKASAAN FISIK
1. Umum
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Komposmentis
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 61 kg
Masalah keperawatan : Tidak ada
2. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,9° C
Nadi : 94 x /i
Pernafasan : 24 x/i
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Masalah keperawatan : Tidak ada
3. Integumen
Kulit
Inspeksi
Kebersihan kulit : Bersih
Warna kulit : Pucat
Kelembaban : Kering
Palpasi : Suhu : Hangat
Tekstur : Normal
Turgor : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
4. Kuku
Inspeksi : Warna : Normal
Bentuk : Normal
Keadaaan : Bersih
Palpasi : Capillary refill : Normal
Masalah keperawatan : Tidak ada
5. Rambut dan Kepala
Inspeksi : Kuantitas : Tipis
Distribusi : Normal
Palpasi : Tekstur : Halus
Kulit Kepala : Berketombe
Keadaan rambut : Kotor
Tekstur : Halus
Masalah keperawatan : Gangguan pemenuhan personal hygiene
6. Wajah/Muka
Inspeksi : Simetris : ya
Ekspresi wajah : Bingung
Masalah keperawatan : Tidak ada
7. Mata
Inspeksi : kesejajaran : Normal
Palpera : Normal
Sclera : Normal
Conjungtiva : Tidak ikterik
Pupil : Tidak anemis
Reaksi pupil thd cahaya : Isokor
Keadaan mata : Bersih
Palpasi : Nyeri tekan : Tidak
Masalah keperawatan : Tidak ada
8. Telinga
Inspeksi : Normal
Keadaaan Telinga : Bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada
9. Hidung dan Sinus
Inspeksi : Simetris : Ya
Kesulitan Bernafas : Ya
Warna kulit hidung : Cokelat
Pembekakan : Tidak
Mukosa : Lembab
Perdarahan : Tidak
Keadaan Hidung : Kotor
Palpasi suhu sinus terhadap nyeri tekan
Frontal : tidak
Maxilaris : tidak
Masalah Keperawatan : Gangguan pemenuhan personal hygiene
10. Mulut
Inspeksi : Bibir : Normal
Gusi : Normal
Gigi : Sisa makanan
Lidah : Simetris
Keadaan Mulut : kotor
Masalah Keperawatan : Gangguan pemenuhan personal hygiene
11. Leher
Inspeksi : Normal
Palpasi : Leher : Panas
Masalah Keperawatan : Tidak ada
12. Thorax/Dada dan Paru-paru
Inspeksi : Postur : Normal
Bentuk : Normal
Pola nafas : normal
Sifat nafas : Dada
Retraksi Torakalis : Ada
Batuk : Tidak ada
Palpasi : Normal
Ekspansi paru pd sisi knan & kiri : Simetris
Taktil Fremitus : Anterior : Normal
Posterior : Normal
Perkusi Paru : Resonan/normal
Auskultasi : Vesikuler
Masalah keperawatan : tidak ada
13. Payudara
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Lain-lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
14. Kardiovaskuler
Inspeksi Jantung : Pulsasi Apikal : Tidak ada
Inspeksi dan Palpasi : Pulsasi Apikal : Normal
Masalah Keperawatan : Tidak ada
15. Abdomen/Perut
a. Abdomen
Inspeksi : Normal
Auskultasi : Bising usus : Normal
Perkusi Hepar : Pekak
Limpa : Redup
Abdomen : Timpani
Palpasi Ringan : -
b. Anus : terdapat luka
Lain-lain : -
Masalah keperawatan : gangguan integritas kulit
16. Genitalia
Inspeksi : Normal
Kateter : Tidak terpasang
Palpasi : Normal
Masalah Keperawatan : Tidak ada
17. Muskuloskletal
Inspeksi
Otot : Ukuran : Normal
Kontraktur : Tidak
Tremor : Tidak
Tulang : Normal
Tulang Belakang : Normal
Sendi : Normal
ROM : Normal
Palpasi
Otot : Lemah
Tulang : Normal
Sendi : Normal
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas
18. Persarafan/Neurologi
Orientasi : Baik
Atensi : Baik
Berbicara : Normal
Sensasi : Sentuhan
Penciuman : Baik
Pengecapan : Baik
Ingesti-digesti : Mengunyah : mampu
Menelan : Mampu
Gerakan : Berjalan : mampu
Masalah Keperawatan : Tidak ada
L.HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium tanggal 17 februari 2010:
-Hb 11,9 g/dl
-Leukosit 3000 sel/mm3
-Trombosit 556.000/mm3
-Ht 35,4 %
-Eritrosit 4,55 x 106/mm3
-LED 10
M. PROGRAM DOKTER PADA TANGGAL 17 FEBRUARI 2010:
- IVFD NACL 30 tts/i
-Diit MB
- Papaxerin 3 x 1
I. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO | DATA FOKUS (SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF) | MASALAH | PENYEBAB |
.1. 2. 3. | DS : Pasien mengatakan nyeri pada dada DO : Pasien terlihat meringis DS: pasien mengatakan kurang tau tentang penyakitnya DO: ps terliahat bingung DS : pasien mengatakan napsu makan –badan terasa capek. DO :kl/u lemah,pasien tampak pucat, | Gangguan rasa nyaman nyeri cemas gangguan pemenuhan nutrisi | Gangguan pola tidur Kurang tau tntng pnykitnya Ketidakseimbangan intake dan output cairan dalam tubuh. |
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO | DAFTAR DIAGNOSA KEPERWATAN (BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH) | TANDA TANGAN |
1. . 2. 3 | Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan structural Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. ditandai dengan | |
III. RENCANA KEPERAWATAN
NO | TANGGAL /JAM | MASALAH KEPERAWATAN | TUJUAN & KRITERIA HASIL | RENCANA TINDAKAN | RASIONAL |
1. . 2 3 | 16-nov-11 14 : 05 WIB 17-nov-2011 18-nov-2011 | Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan structural intoleran Aktivitas berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi - Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 jam diharapkan aktivitas klien terpenuhi Dengan KH: Menunjukkan tanda vital dalam batas yang dapat diterima (disritmia terkontrol atau hilang) dan bebas gejala gagal jantung , Melaporkan penurunan epiode dispnea, angina, Ikut serta dalam aktivitas yang mengurangi beban kerja jantung. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 jam Dengan KH: Klien akan : Berpartisipasi pad ktivitas yang diinginkan, memenuhi perawatan diri sendiri, Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan oelh menurunnya kelemahan dan kelelahan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 jam Dengan KH Klien akan : Mendemonstrasikan volume cairan stabil dengan keseimbangan masukan danpengeluaran, bunyi nafas bersih/jelas, tanda vital dalam rentang yang dapat diterima, berat badan stabil dan tidak ada edema., Menyatakan pemahaman tentang pembatasan cairan individu | - Auskultasi nadi apical kaji frekuensi, iram jantung -Catat bunyi jantung -Periksa tanda vital sebelum dan segera setelah aktivitas, khususnya bila klien menggunakan vasodilator,diuretic dan penyekat beta. -Catat respons kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, diritmia, dispnea berkeringat dan pucat. - Evaluasi peningkatan intoleran aktivitas - Pantau pengeluaran urine, catat jumlah dan warna saat dimana diuresis terjadi. -Pantau/hitung keseimbangan pemaukan dan pengeluaran selama 24 jam - Pemberian obat sesuai indikasi (kolaborasi) -Konsul dengan ahli diet. | Biasnya terjadi takikardi (meskipun pada saat istirahat) untuk mengkompensasi penurunan kontraktilitas ventrikel. -: S1 dan S2 mungkin lemah karena menurunnya kerja pompa. Irama Gallop umum (S3 dan S4) dihasilkan sebagai aliran darah kesermbi yang disteni. Murmur dapat menunjukkan Inkompetensi/stenosis katup Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek obat (vasodilasi), perpindahan cairan (diuretic) atau pengaruh fungsi jantung Penurunan/ketidakmampuan miokardium untuk meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dpat menyebabkan peningkatan segera frekuensi jantung dan kebutuhan oksigen juga peningkatan kelelahan dan kelemahan. - Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung daripada kelebihan aktivitas - Pengeluaran urine mungkin sedikit dan pekat karena penurunan perfusi ginjal. Posisi terlentang membantu diuresis sehingga pengeluaran urine dapat ditingkatkan selama tirah baring. -Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-tiba/berlebihan (hipovolemia) meskipun edema/asites masih ada. - perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium |
IV. CATATAN KEPERAWATAN
TANGGAL/JAM | NO.DX | TINDAKAN KEPERAWATAN | NAMA JELAS |
17 Feb 2010 09 : 00 WIB 18 Feb 2010 16 : 00 WIB 19 Feb 2010 21: 00 WIB | 1 2 3 | -Memberikan pasien banyak minum air putih -memberikan pasien makanan yang kaya akan serat, yaitu: tepung sereal, roti, dan buah-buahan segar -Mengajarkan kepada klien tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air seperti buah-buahan -memberikan cairan elektrolit sesuai prototkol ( dengan oralit dan cairan parenteral bila indikasi) -memberikan obat anti diare dan antibiotic sesuai program. -Menggunakan kapas lembab dan sabun untuk membersihkan anus setiap buang air besar. -mengganti kain bila lembab atau basah -mengggunakan obat cream bila perlu perawatan perineal. -Menjelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian -Menguraikan efek pengobatan pada pasien -Membantu pasien menyusun jadwal untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi -Menjelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan | |
V. CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL/JAM | NO.DX | SOAP | PARAF |
18 Feb 2010 13 :30 WIB 19 Feb 2010 21 : 15 WIB 20 Feb 2010 07:20 WIB | 1 2 3 | S : pasien mengatakan nyeri pada dada belum berkurang O : K/U sedang, dasien tampak meringis A : Masalah keperawatan belum teratasi P : Tindakan dilanjutkan S : Pasien mengatakan cemas berkurang O : pasien tampak rileks A : Masalah keperawatan teratasi P : Tindakan dihentikan S: Pasien mengatakan sudah bisa beraktifitas sedikit O: pasien kelihatan lebih tenang dan bisa turun dari tempat tidur A: Masalah keperawatan teratasi sebagian P: Tindakan di lanjutkan | |
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan penulis akan membahas mengenai kesenjangan dari Asuhan keperawatan pada klien dengan stroke hemoragic. Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan kasus yang telah dibuat dan serta faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang mengacu pada teori yang ada.
A. A. Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan berdasarkan teoritis dan anamnesa dari pasien, kemudian data dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan klien sesuai dengan permasalahan yang ada. Data yang didapat setelah pengkajian yang dilakukan pada dirasa Ny.N sudah cukup sesuai dengan pengkajian berdasarkan tinjauan teoritis yang ada. Data-data tersebut sudah menunjang untuk melakukan asuhan keperawatan selanjutnya, karena semua data sudah didapatkan dengan jelas dan akurat.
B. B. Diagnosa
Pada tahap ini penulis merumuskan diagnosa dengan menganalisis data- data yang diperoleh dari hasil pengkajian. Berdasarkan hasil pengkajian terhadap kasus yang penulis observasi, muncul tiga diagnosa, sedangkan pada tinjauan teoritis penulis menemukan lima Diagnosa keperawatan, setelah penulis membandingkan antara tinjauan teoritis dan kasus yang penulis temukan maka tidak dapat kesenjangan karena Diagnosa yang ada di tinjauan teoritis juga ditemukan pada tinjauan kasus yaitu:
1.Penurunan curah jantung berhubungan dengan ; Perubahan kontraktilitas miokardial/perubahan inotropik, Perubahan frekuensi, irama dan konduksi listrik, Perubahan structural
2.Aktivitas intoleran berhubungan dengan : Ketidak seimbangan antar suplai okigen. Kelemahan umum, Tirah baring lama/immobilisasi.
3.Kelebihan volume cairan berhubungan dengan : menurunnya laju filtrasi glomerulus (menurunnya curah jantung)/meningkatnya produksi ADH dan retensi natrium/air. ditandai dengan
C.
D. C. Intervensi
Pada tahap ini penulis berusaha untuk melakukan intevensi berdasarkan prioritas masalah. Didalam melakukan penyusunan rencana tindakan keperawatan penulis tidak mengalami kesulitan. Intervensi yang disusun sesuai dengan prioritas masalah pada klien Tn D
Implementasi
Pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Dimana dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak semata-mata melakukan sendiri tetapi melibatkan keluarga pasien serta bantuan dari perawat ruangan.
Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan upaya untuk melihat sejauh mana keberhasilan asuhan keperawatan yang telah di capai dengan mengacu kepada tujuan. Kegiatan evalusi yang dilakukan setelah tujuan dari masalah yang ada pada klien tecapai. Dari tiga diagnosa keperawatan yang ada pada tahap akhir evaluasi, maka 3 masalah teratasi sebagian dan terapi di lanjutkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Pengkajian
Dalam makalah ini, antara pengkajian pada tinjauan teoritis dan tinjauan kasus sudah terdapat kesamaan antara teori dan aplikasinya pada tinjauan kasus.
- Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul yang ada pada tinjauan teoritis tidak seluruhnya muncul pada tinjauan kasus. Namun diagnosa yang diangkat sesuai dengan masalah yang ada pada tinjauan kasus sudah cukup mewakili dan sesuai dengan tinjauan teoritis.
- Intervensi
Intervensi yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang ada pada tinjauan kasus sudah sesuai dengan tinjauan teoritis.
- Implementasi
Implementasi merupakan aplikasi dari intervensi yang telah disusun.
- Evaluasi
Hasil evaluasi dari implementasi keperawatan pada tinjauan kasus setelah dilakukan perawatan selama 2x 24 jam sudah sangat memuaskan karena semua masalah teratasi.
A. Saran
1. Untuk Institusi
a. Mengupas secara jelas tentang konsep teoritis dan asuhan keperawatan pada klien dengan GAGAL JANTUNG KOGNESTIF (CHF.
b. Mendemonstrasikan kepada mahasiswa tindakan keperawatan yang benar pada klien GAGAL JANTUNG KOGNESTIF (CHF.
2. Untuk Rumah sakit
a. Memperbaiki sistem manajemen Rumah sakit, sehingga mempermudah proses keperawatan.
b. Memperhatikan jadwal pemulangan klien dengan GAGAL JANTUNG KOGNESTIF (CHF.
c. Meningkatkan mutu pelayanan.
3. Untuk Perawat
a. Melakukan perawatan terhadap klien dengan gangguan GAGAL JANTUNG KOGNESTIF (CHF. dengan keperawatan professional
b. Melakukan perawatan sesuai dengan prosedur tetap.
c. Melibatkan keluarga dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Barbara C Long, Perawatan Medikal Bedah (Terjemahan), Yayasan IAPK Padjajaran Bandung, September 1996, Hal. 443 - 450
Doenges Marilynn E, Rencana Asuhan Keperawatan (Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien), Edisi 3, Penerbit Buku Kedikteran EGC, Tahun 2002, Hal ; 52 – 64 & 240 – 249.
Junadi P, Atiek S, Husna A, Kapita selekta Kedokteran (Efusi Pleura), Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universita Indonesia, 1982, Hal.206 - 208
Wilson Lorraine M, Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit), Buku 2, Edisi 4, Tahun 1995, Hal ; 704 – 705 & 753 - 763.
Langganan:
Postingan (Atom)