KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “CARSINOMA NASOFARING”
Makalah ini berisikan tentang informasi Pengertian carsinoma nasofaring,penyebab carcinoma nasofaring,penanganannya,serta manifestasi klinisnya,dan asuhan keperawatannya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
DAFTAR ISI
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Latar belakang
Karsinoma nasofaring merupakan tumor ganas yang paling banyak dijumpai di antara tumor ganas THT di Indonesia, dimana karsinoma nasofaring termasuk dalam lima besar tumor ganas, sedangkan daerah kepala dan leher menduduki tempat pertama. Tumor ini berasal dari Fossa Rosenmuller pada nasofaring yang merupakan daerah transisional dimana epitel kuboid berubah menjadi skuamosa (Asroel, 2002 )
Gejala karsinoma nasofaring sangat bervariasi dan sering samar-samar sehingga membingungkan pemeriksa. Kendala yang dihadapi dalam menangani kasus karsinoma nasofaring adalah pasien datang dalam stadium yang sudah lanjut, bahkan dalam keadaan umum yang jelek. Hal ini karena terlambatnya diagnosa ditegakkan, maka sangatlah penting untuk menemukan dan menegakan diagnosis secara dini (Arima, 2006)
1.2 tujuan penulisan
adapun tujuan kami membuat makalah ini adalah :
1. untuk mengetahuai defenisi ca nasofaring,etiologi,penatalaksanaan medis,serta asuhan keperawatan nya
2. untuk memenuhi tugas KMB yang di berikan oleh dosen pembimbing
BAB II
TINAJUAN TEORITIS
1.CARSINOMA NASOFARING
A.AnatomiNasofaring.
Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring, tepatnya di sebelah dorsal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane. Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut menentukan kualitas suara yang dihasilkan oleh laring. Nasofaring merupakan rongga yang mempunyai batas-batas sebagai berikut
Nasofaring letaknya tertinggi di antara bagian-bagian lain dari faring, tepatnya di sebelah dorsal dari cavum nasi dan dihubungkan dengan cavum nasi oleh koane. Nasofaring tidak bergerak, berfungsi dalam proses pernafasan dan ikut menentukan kualitas suara yang dihasilkan oleh laring. Nasofaring merupakan rongga yang mempunyai batas-batas sebagai berikut
1.bagian Atas : Basis kranii.
2.bagian Bawah : Palatum mole
3.bagian Belakang : Vertebra servikalis
4.bagian Depan : Koane
5.bagianLateral : Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler (resesus faringeus).Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringika.
2.bagian Bawah : Palatum mole
3.bagian Belakang : Vertebra servikalis
4.bagian Depan : Koane
5.bagianLateral : Ostium tubae Eustachii, torus tubarius, fossa rosenmuler (resesus faringeus).Pada atap dan dinding belakang Nasofaring terdapat adenoid atau tonsila faringika.
B.Pengertian Carsinoma Nasofaring
Karsinoma Nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari epitel mukosa nasofaring atau kelenjar yang terdapat di nasofaring.Carsinoma Nasofaring merupakan karsinoma yang paling banyak di THT
Sebagian besar kien datang ke THT dalam keadaan terlambat atau stadium lanjut.
Didapatkan lebih banyak pada pria dari pada wanita, dengan perbandingan 3 : 1 pada usia /umur rata-rata30–50th.
Didapatkan lebih banyak pada pria dari pada wanita, dengan perbandingan 3 : 1 pada usia /umur rata-rata30–50th.
C.Etiologi
Penyebab timbulnya Karsinoma Nasofaring masih belum jelas. Namun banyak yang berpendapat bahwa berdasarkan penelitian-penelitian epidemiologik dan eksperimental, ada 5 faktor yang mempengaruhi yakni
1.Faktor Genetik (Banyak pada suku bangsa Tionghoa/ras mongolid).
2.Faktor Virus (Virus EIPSTEIN BARR)
3.Faktor lingkungan (polusi asap kayu bakar, atau bahan karsinogenik misalnya asap rokok dll).
4.Iritasi menahun : nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap, alkohol dll.
5.Hormonal : adanya estrogen yang tinggi dalam tubuh.
1.Faktor Genetik (Banyak pada suku bangsa Tionghoa/ras mongolid).
2.Faktor Virus (Virus EIPSTEIN BARR)
3.Faktor lingkungan (polusi asap kayu bakar, atau bahan karsinogenik misalnya asap rokok dll).
4.Iritasi menahun : nasofaringitis kronis disertai rangsangan oleh asap, alkohol dll.
5.Hormonal : adanya estrogen yang tinggi dalam tubuh.
6.Ikan asin, makanan yang diawetkan dan nitrosamine.
7.Keadaan social ekonomi yang rendah, lingkungan dan kebiasaan hidup.
8.Sering kontak dengan Zat karsinogen ( benzopyrenen, benzoantrance, gas kimia, asap industri, asap kayu, beberapa ekstrak tumbuhan).
9. Radang kronis nasofaring
1.Pembagian Karsinoma Nasofaring
Menurut Histopatologi :
1.Well differentiated epidermoid carcinoma.
A.Keratinizing
B.Non Keratinizing.
2.Undiffeentiated epidermoid carcinoma = anaplastic carcinoma
A.Transitional
B.Lymphoepithelioma.
3.Adenocystic carcinoma
2.Menurut bentuk dan cara tumbuh
- Ulseratif
- Eksofilik : Tumbuh keluar seperti polip.
- Endofilik : Tumbuh di bawah mukosa, agar sedikit lebih tinggi dari jaringan sekitar (creeping tumor)
3.Klasifikasi Histopatologi menurut WHO (1982)
A.Tipe WHO 1
Karsinoma sel skuamosa (KSS) Deferensiasi baik sampai sedang. Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
A.Tipe WHO 1
Karsinoma sel skuamosa (KSS) Deferensiasi baik sampai sedang. Sering eksofilik (tumbuh dipermukaan).
B.Tipe WHO 2
Karsinoma non keratinisasi (KNK). Paling banyak pariasinya. Menyerupai karsinoma transisional
C.WHO 3
Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD). Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear Cell Carsinoma”, varian sel spindel. Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
Karsinoma non keratinisasi (KNK). Paling banyak pariasinya. Menyerupai karsinoma transisional
C.WHO 3
Karsinoma tanpa diferensiasi (KTD). Seperti antara lain limfoepitelioma, Karsinoma anaplastik, “Clear Cell Carsinoma”, varian sel spindel. Lebih radiosensitif, prognosis lebih baik.
4.Klasifikasi TNM
Menurut UICC (1987) pembagian TNM adalah sebagai berikut :
T1 = Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring
T2 = Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.
T3 = Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.
T4 = Tumor menyebar ke endokranium atau mengenai syaraf otak.
N1 = Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang sama, mobil, soliter dan berukuran kurang/sama dengan 3 cm.
N2 = Metastasis pada satu kelenjar pada sisi yang sama dengan ukuran lebih dari
3 cm tetapi kurang dari 6 cm, atau multipel dengan ukuran besar kurang dari 6 cm, atau bilateral/kontralateral dengan ukuran terbesar kurang dari 6 cm.
N3 = Metastasis ke kelenjar getah bening ukuran lebih besar dari 6 cm.
M0 = Tidak ada metastasis jauh.
M1 = Didapatkan metastasis jauh.
5.Penentuan Stadium
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1 – 3 N1 M0
Stadium IV T4 N0 – 1 M0
Semua T N2 – 3 M0
Semua T Semua N M1
6.Lokasi :
1Fossa Rosenmulleri.
2Sekitar tuba Eustachius.
3Dinding belakang nasofaring.
4Atap nasofaring.
D.Gejala Klinik
1.Gejala Setempat :
A.Gejala Hidung :
Pilek dari satu atau kedua lubang hidung yang terus-menerus/kronik. Lendir dapat bercampur darah atau nanah yang berbau. Epistaksis dapat sedikit atau banyak dan berulang. Dapat juga hanya berupa riak campur darah. Obstruksio nasi unilateral atau bilateral bila tumor tumbuh secara eksofilik
B.Gejala Telinga :
Menurut UICC (1987) pembagian TNM adalah sebagai berikut :
T1 = Tumor terbatas pada satu sisi nasofaring
T2 = Tumor terdapat lebih dari satu bagian nasofaring.
T3 = Tumor menyebar ke rongga hidung atau orofaring.
T4 = Tumor menyebar ke endokranium atau mengenai syaraf otak.
N1 = Metastasis ke kelenjar getah bening pada sisi yang sama, mobil, soliter dan berukuran kurang/sama dengan 3 cm.
N2 = Metastasis pada satu kelenjar pada sisi yang sama dengan ukuran lebih dari
3 cm tetapi kurang dari 6 cm, atau multipel dengan ukuran besar kurang dari 6 cm, atau bilateral/kontralateral dengan ukuran terbesar kurang dari 6 cm.
N3 = Metastasis ke kelenjar getah bening ukuran lebih besar dari 6 cm.
M0 = Tidak ada metastasis jauh.
M1 = Didapatkan metastasis jauh.
5.Penentuan Stadium
Stadium I T1 N0 M0
Stadium II T2 N0 M0
Stadium III T3 N0 M0
T1 – 3 N1 M0
Stadium IV T4 N0 – 1 M0
Semua T N2 – 3 M0
Semua T Semua N M1
6.Lokasi :
1Fossa Rosenmulleri.
2Sekitar tuba Eustachius.
3Dinding belakang nasofaring.
4Atap nasofaring.
D.Gejala Klinik
1.Gejala Setempat :
A.Gejala Hidung :
Pilek dari satu atau kedua lubang hidung yang terus-menerus/kronik. Lendir dapat bercampur darah atau nanah yang berbau. Epistaksis dapat sedikit atau banyak dan berulang. Dapat juga hanya berupa riak campur darah. Obstruksio nasi unilateral atau bilateral bila tumor tumbuh secara eksofilik
B.Gejala Telinga :
1.Kurang, pendengaran.
2.Tinitus
3.OMP.
B.Gejala karena tumbuh dan menyebarnya tumor
Merupakan gejala yang timbul oleh penyebaran tumor secara ekspansif, infiltratif dan metastasis.
1.Ekspansif
Ke muka, tumor tumbuh ke depan mengisi nasofaring dan menutuk koane sehingga timbul gejala obstruksi nasi/hidung buntu.
Ke bawah, tumor mendesak palatum mole sehingga terjadi “bombans palatum mole” sehingga timbul gangguan menelan/sesak.
2.Infiltratif
Ke atas Melalui foramen ovale masuk ke endokranium, maka terkena dura dan timbul sefalgia/sakit kepala hebat, Kemudian akan terkena N VI, timbul diplopia, strabismus. Bila terkena N V, terjadi Trigeminal neuralgi dengan gejala nyeri kepala hebat pada daerah muka, sekitar mata, hidung, rahang atas, rahang bawah dan lidah. Bila terkena N III dan IV terjadi ptosis dan oftalmoplegi. Bila lebih lanjut lagi akan terkena N IX, X, XI dan XII.
Ke samping Masuk spatium parafaringikum akan menekan N IX dan X : Terjadi Paresis palatum mole, faring dan laring dengan gejala regurgitasi makan-minum ke kavum nasi, rinolalia aperta dan suara parau.
Menekan N XI : Gangguan fungsi otot sternokleido mastoideus dan otot trapezius.
Menekan N XII : Terjadi Deviasi lidah ke samping/gangguan menelan
c.Gejala karena metastasis melalui aliran getah bening :
Terjadi pembesaran kelenjar leher yang terletak di bawah ujung planum mastoid, di belakang ungulus mandibula, medial dari ujung bagian atas muskulus sternokleidomastoideum, bisa unilateal dan bilateral. Pembesaran ini di sebut tumor colli.
3. Gejala karena metastasis melalui aliran darah :
Akan terjadi metastasis jauh yaitu paru-paru, ginjal, limpa, tulang dan sebagainya.
Gejala di atas dapat dibedakan antara :
I.Gejala Dini : Merupakan gejala yang dapat timbul waktu tumor masih tumbuh dalam batas-batas nasofaring, jadi berupa gejala setempat yang disebabkan oleh tumor primer (gejala-gejala hidung dan gejala-gejala telinga seperti di atas).
II.Gejala Lanjut : Merupakan gejala yang dapat timbul oleh karena tumor telah tumbuh melewati batas nasofaring, baik berupa metastasis ataupun infiltrasi dari tumor.
Sebagai pedoman :
Ingat akan adanya tumor ganas nasofaring bila dijumpai TRIAS :
A.Tumor colli, gejala telinga, gejala hidung.
B.Tumor colli, gejala intrakranial (syaraf dan mata), gejala hidung dan telinga.
C.Gejala Intrakranial, gejala hidung dan telinga.
E.Pemeriksaan Fisik
- Inspeksi : Wajah, mata, rongga mulut dan leher.
- Pemeriksaan THT:
- Otoskopi : Liang telinga, membran timpani.
- Rinoskopia anterior :
- Pada tumor endofilik tak jelas kelainan di rongga hidung, mungkin hanya banyak sekret.
- Pada tumor eksofilik, tampak tumor di bagian belakang rongga hidung, tertutup sekret mukopurulen, fenomena palatum mole negatif.
- Rinoskopia posterior :
- Pada tumor indofilik tak terlihat masa, mukosa nasofaring tampak agak menonjol, tak rata dan paskularisasi meningkat.
- Pada tumor eksofilik tampak masa kemerahan.
- Faringoskopi dan laringoskopi :
- Kadang faring menyempit karena penebalan jaringan retrofaring; reflek muntah dapat menghilang.
- X – foto : tengkorak lateral, dasar tengkorak, CT Scan
F.Pemeriksaan tambahan
1.Biopsi :
Biopsi sedapat mungkin diarahkan pada tumor/daerah yang dicurigai. Dilakukan dengan anestesi lokal. Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat (kiri dan kanan), melalui rinoskopi anterior, bila perlu dengan bantuan cermin melalui rinoskopi posterior. Bila perlu Biopsi dapat diulang sampai tiga kali. Bila tiga kali Biopsi hasil negatif, sedang secara klinis mencurigakan dengan karsinoma nasofaring, biopsi dapat diulang dengan anestesi umum.
Biopsi melalui nasofaringoskopi dilakukan bila klien trismus atau keadaan umum kurang baik. Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum halus dilakukan bila terjadi keraguan apakah kelenjar tersebut suatu metastasis.
G.Penatalaksanaan :
1.Biopsi :
Biopsi sedapat mungkin diarahkan pada tumor/daerah yang dicurigai. Dilakukan dengan anestesi lokal. Biopsi minimal dilakukan pada dua tempat (kiri dan kanan), melalui rinoskopi anterior, bila perlu dengan bantuan cermin melalui rinoskopi posterior. Bila perlu Biopsi dapat diulang sampai tiga kali. Bila tiga kali Biopsi hasil negatif, sedang secara klinis mencurigakan dengan karsinoma nasofaring, biopsi dapat diulang dengan anestesi umum.
Biopsi melalui nasofaringoskopi dilakukan bila klien trismus atau keadaan umum kurang baik. Biopsi kelenjar getah bening leher dengan aspirasi jarum halus dilakukan bila terjadi keraguan apakah kelenjar tersebut suatu metastasis.
G.Penatalaksanaan :
- Terapi utama : Radiasi/Radioterapi ® ditekankan pada penggunaan megavoltage dan pengaturan dengan komputer (4000 – 6000 R)
- Terapi tambahan : diseksi leher, pemberian tetrasiklin, faktor transfer, inferferon, Sitostatika/Kemoterapi, seroterapi, vaksin dan anti virus
- Semua pengobatan tambahan ini masih dalam pengembangan, sedangkan kemoterapi masih tetap terbaik sebagai terapi ajuvan (tambahan). Berbagai macam kombinasi dikembangkan, yang terbaik sampai saat ini adalah kombinasi dengan Cis-platinum sebagai inti. Pemberian ajuvan kemoterapi Cis-platinum, bleomycin dan 5-fluorouracil sedang dikembangkan di bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga dengan hasil sementara yang cukup memuaskan. Demikian pula telah dilakukan penelitian pemberian kemoterapi praradiasi dengan efirubicin dan cis-platinum, meskipun ada efek samping yang cukup berat, tetapi memberikan harapan kesembuhan yang lebih baik.
ASUHAN KEPERAWATAN
A.Pengkajian
1.Aktivitas/istirahat
Gejala :
Kelemahan dan / atau kelelahan.
Perubahan pada pola istirahat / jam tidur karena keringat berlegih, nyeri atau ansietas.
2.Integritas Ego :
Gejala :
Faktor stress (perubahan peran atau keuangan).
Cara mengatasi stress (keyakinan/religius).
Perubahan penampilan.
3.Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (Bahan Pengawet)
4.Neurosensori
Gejala : Pusing atau sinkope
5.Pernafasan
Gejala : Pemajanan bahan aditif
6.Interaksi sosial
Gejala : Kelemahan sistem pendukung
7.Pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga
Prioritas Keperawatan
1.Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2.Meningkatkan kenyamanan.
3.Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4.Mencegah komplikasi.
5.Memberi informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
1.Aktivitas/istirahat
Gejala :
Kelemahan dan / atau kelelahan.
Perubahan pada pola istirahat / jam tidur karena keringat berlegih, nyeri atau ansietas.
2.Integritas Ego :
Gejala :
Faktor stress (perubahan peran atau keuangan).
Cara mengatasi stress (keyakinan/religius).
Perubahan penampilan.
3.Makanan/cairan
Gejala : Kebiasaan diet buruk (Bahan Pengawet)
4.Neurosensori
Gejala : Pusing atau sinkope
5.Pernafasan
Gejala : Pemajanan bahan aditif
6.Interaksi sosial
Gejala : Kelemahan sistem pendukung
7.Pembelajaran
Gejala : Riwayat kanker pada keluarga
Prioritas Keperawatan
1.Dukungan adaptasi dan kemandirian.
2.Meningkatkan kenyamanan.
3.Mempertahankan fungsi fisiologis optimal.
4.Mencegah komplikasi.
5.Memberi informasi tentang proses/kondisi penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Tujuan Pemulangan
1.Klien menerima situasi dengan realistis.
2.Nyeri berkurang/terkontrol.
3.Homeostasis dicapai.
4.Komplikasi dicegah/dikurangi
5.Proses/kondisi penyakit, prognosis, pilihan terapeutik dan aturan dipahami.
B.Diagnosa Keperawatan
1.Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana tindakan :
1.Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat.
2.Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3.Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien.
4.Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5.Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
1.Klien menerima situasi dengan realistis.
2.Nyeri berkurang/terkontrol.
3.Homeostasis dicapai.
4.Komplikasi dicegah/dikurangi
5.Proses/kondisi penyakit, prognosis, pilihan terapeutik dan aturan dipahami.
B.Diagnosa Keperawatan
1.Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.
Tujuan : Gangguan pola tidur pasien akan teratasi.
Kriteria hasil : 1. Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit.
2. Pasien tenang dan wajah segar.
3. Pasien mengungkapkan dapat beristirahat dengan cukup.
Rencana tindakan :
1.Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang.
Rasional : Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat.
2.Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah.
Rasional : Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur akan mempengaruhi pola tidur pasien.
3.Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai.
Rasional : Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien.
4.Anjurkan pasien untuk menggunakan pengantar tidur dan teknik relaksasi .
Rasional : Pengantar tidur akan memudahkan pasien dalam jatuh dalam tidur, teknik relaksasi akan mengurangi ketegangan dan rasa nyeri.
5.Kaji tanda-tanda kurangnya pemenuhan kebutuhan tidur pasien.
Rasional : Untuk mengetahui terpenuhi atau tidaknya kebutuhan tidur pasien akibat gangguan pola tidur sehingga dapat diambil tindakan yang tepat.
2.Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
1.Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2.Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3.Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4.Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5.Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6.Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7.Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
3.Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1.Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan Ca. Nasofaring
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2.Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3.Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4.Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
5.Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).
Rasional : Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.
4.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1.Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2.Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3.Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
4.Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5.Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.
Evaluasi
A.Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
B.Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
C.Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
Tujuan : rasa cemas berkurang/hilang.
Kriteria Hasil : 1. Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan.
2. Emosi stabil., pasien tenang.
3. Istirahat cukup.
Rencana tindakan :
1.Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien.
Rasional : Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa memberikan intervensi yang cepat dan tepat.
2.Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya.
Rasional : Dapat meringankan beban pikiran pasien.
3.Gunakan komunikasi terapeutik.
Rasional : Agar terbina rasa saling percaya antar perawat-pasien sehingga pasien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
4.Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan.
Rasional : Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien.
5.Berikan keyakinan pada pasien bahwa perawat, dokter, dan tim kesehatan lain selalu berusaha memberikan pertolongan yang terbaik dan seoptimal mungkin.
Rasional : Sikap positif dari timkesehatan akan membantu menurunkan kecemasan yang dirasakan pasien.
6.Berikan kesempatan pada keluarga untuk mendampingi pasien secara bergantian.
Rasional : Pasien akan merasa lebih tenang bila ada anggota keluarga yang menunggu.
7.Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman.
Rasional : Lingkung yang tenang dan nyaman dapat membantu mengurangi rasa cemas pasien.
3.Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya informasi.
Tujuan : Pasien memperoleh informasi yang jelas dan benar tentang penyakitnya.
Kriteria Hasil : 1. Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya.
2. Pasien dapat melakukan perawatan diri sendiri berdasarkan pengetahuan yang diperoleh.
Rencana Tindakan :
1.Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan Ca. Nasofaring
Rasional : Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga.
2.Kaji latar belakang pendidikan pasien.
Rasional : Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien.
3.Jelaskan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan pada pasien dengan bahasa dan kata-kata yang mudah dimengerti.
Rasional : Agar informasi dapat diterima dengan mudah dan tepat sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman.
4.Jelasakan prosedur yang kan dilakukan, manfaatnya bagi pasien dan libatkan pasien didalamnya.
Rasional : Dengan penjelasdan yang ada dan ikut secra langsung dalam tindakan yang dilakukan, pasien akan lebih kooperatif dan cemasnya berkurang.
5.Gunakan gambar-gambar dalam memberikan penjelasan (jika ada / memungkinkan).
Rasional : Gambar-gambar dapat membantu mengingat penjelasan yang telah diberikan.
4.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang.
Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil : 1. Berat badan dan tinggi badan ideal.
2. Pasien mematuhi dietnya.
3. Kadar gula darah dalam batas normal.
4. Tidak ada tanda-tanda hiperglikemia/hipoglikemia.
Rencana Tindakan :
1.Kaji status nutrisi dan kebiasaan makan.
Rasional : Untuk mengetahui tentang keadaan dan kebutuhan nutrisi pasien sehingga dapat diberikan tindakan dan pengaturan diet yang adekuat.
2.Anjurkan pasien untuk mematuhi diet yang telah diprogramkan.
Rasional : Kepatuhan terhadap diet dapat mencegah komplikasi terjadinya hipoglikemia/hiperglikemia.
3.Timbang berat badan setiap seminggu sekali.
Rasional : Mengetahui perkembangan berat badan pasien (berat badan merupakan salah satu indikasi untuk menentukan diet).
4.Identifikasi perubahan pola makan.
Rasional : Mengetahui apakah pasien telah melaksanakan program diet yang ditetapkan.
5.Kerja sama dengan tim kesehatan lain untuk pemberian insulin dan diet diabetik.
Rasional : Pemberian insulin akan meningkatkan pemasukan glukosa ke dalam jaringan sehingga gula darah menurun,pemberian diet yang sesuai dapat mempercepat penurunan gula darah dan mencegah komplikasi.
Evaluasi
A.Berhasil : prilaku pasien sesuai pernyatan tujuan dalam waktu atau tanggal yang ditetapkan di tujuan.
B.Tercapai sebagian : pasien menunujukan prilaku tetapi tidak sebaik yang ditentukan dalam pernyataan tujuan.
C.Belum tercapai. : pasien tidak mampu sama sekali menunjukkan prilaku yang diharapakan sesuai dengan pernyataan tujuan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN INDIVIDU
I. PENGKAJIAN
A. Identitas Pasien
Nama : Tn.D
Umur : 10 thn
Pendidikan : SD
Suku Bangsa : Jawa
Pekerjaan : Siswa
Agama : Islam
Status Perkawinan : Tidak kawin
Alamat : Jl. Lyli No. 05
No. Telp/Hp : -
No. Medical Record : 69.66.40
Ruang Rawat : murai I
Gol. Darah : -
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : JAMKESMAS
Pekerjaan : -
Alamat : -
No. Telp/Hp : -
C. DATA SAAT MASUK RS
Tanggal masuk RS : 16 Feb 2010
Jam Masuk RS : 14 : 15 WIB
Yang mengirim/merujuk : IGD
Cara Masuk : Pakai kursi roda
Alasan Masuk : Kepala pusing, BAB lebih dari 5 kali, mual muntah
Diagnosa medis saat masuk : Gastroenteritis
Ruang Rawat : murai I
Diagnosa medis saat pengkajian : Gastroenteritis
D. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
1. Keluhan Utama/Gejala : Pasien datang dengan keluhan badan terasa lemah, pusing, BAB terus menerus 5 x hari ini, mual muntah, konsistensi cair.klien mengatakan aktivitasnya dilakukan di tempat tidur dan di bantu oleh keluarga. TTV: TD: 90/70mmHg, N: 90 x/i. S: 37,5 C, RR: 26 x/i, klien terpasang IVFD: NaCl 0,9 persen 30 tts/i
2. Kondisi atau keadaan klien saat pengkajian (menggunakan alat bantu, jelaskan)
Klien terpasang IVFD NACL 30 tts/i, K/U lemah, kesadaran CM, klien mengatakan kepalanya pusing, klien terlihat bingung, klien banyak bertanya, pasien mengatakan BAB udah 5 x hari ini TTV: TD: 140/90 mmHg, N: 94 x/i, S: 36,9 C, RR: 24 x/i.
Masalah Keperawatan : - Intoleransi aktivitas
- integritas kulit
- Kurang nya volume cairan
E. RIWAYAT PENGOBATAN TERAKHIR
Apakah sudah berobat : Belum
Bila berobat kemana : -
Penanganan yang diterima : -
Bila dirawat dimana : -
Berapa lama : -
Bila berobat jalan, obat-obatan yang diterima : -
F. RIWAYAT KESEHATAN YANG LALU
1. Penyakit yang pernah diderita : -
2. Penyebab Penyakit : -
3. Apakah sudah berobat? : -
Bila sudah kemana : -
Penanganan yang diterima : -
Bila berobat jalan : Obat-obatan yang diterima ( - )
Bila dirawat : Alasan dirawat ( - )
4. Pernah dioperasi : tidak pernah
Bila pernah, kapan : tidak ada
Tempat : tidak ada
Lokasi operasi : tidak ada
5. Alergi : tidak ada
G. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
1. Kejadian penyakit keturunan/menular : tidak ada penyakit keturunan/menular.
2. Genogram Keluarga
: meninggal : Laki-laki : pasien
: Perempuan : tinggal serumah
H. RIWAYAT PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL
a. PSIKOLOGIS
Suasana hati/mood : Baik
Karakter : Pendiam
Keadaan Emosionil : Baik
Konsep Diri : Baik
Persepsi pasien terhadap penyakitnya
Hal yang amat dipikirkan saat ini : Kapan penyakitnya sembuh
Harapan setelah menjalani perawatan : Penyakit yang diderita bisa cepat sembuh
Perubahan Yang dirasakan setelah sakit : Lebih banyak melmun
Mekanisme Koping: Cukup baik
b. SOSIAL
Orang yang terdekat dgn pasien : Ibu
Hubungan antar keluarga : Baik
Hubungan dengan orang lain : Baik
Perhatian terhadap orang lain : Baik
Perhatian terhadap lawan bicara : Baik
Kegemaran/Hobi : Memancing
c. SPIRITUAL
Pelaksanaan Ibadah : Baik
Kepercayaan/keagamaan dan aktifitas keagamaan yang ingin dilakukan
Keyakinan Kpd Tuhan : Yakin
Lain-lain, jelaskan : tidak ada
Keluhan : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
I. POLA KESEHATAN FUNGSIONAL
1. Pola Nutrisi dan Cairan
a. Makan
1. Sehat
Pola makan : 3 x 1 hari
Makanan kesukaan : Mie Rebus
Diet khusus : tidak ada
2. Sakit
Pola makan : 3 x 1 hari
Diet : MB
Keluhan : tidak ada
Makanan pantangan : tidak ada
Perubahan Berat badan : Normal
Keluhan : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
b. Cairan/Minuman
1. Sehat
Pola minum : Teratur, 2500 ml/hari
Minuman kesukaan : Jus jeruk
2. Sakit
Intake Cairan : Oral : 1000 ml /hari
Parental 1000 ml /hari
Total : 2000 ml/hr
Keluhan : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
2. Pola Eliminasi
a. BAK
1. Sehat
Jumlah urine : Normal
Warna : Kuning
Bau : Khas
Pola BAK : 3-4 x /hr
2. Sakit
Jumlah urin : 1300 – 1500 cc
Bau : Khas
Volume : -
Warna : Kuning pekat
Keluhan lain : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
b. BAB
1. Sehat
Konsistensi : Padat
Warna : Cokelat
Bau : Khas
Pola defekasi : 1-2 x sehari
Bentuk : Semisolid
Lendir : -
Darah : -
Masalah eliminasi bowel : Tidak ada
b. Sakit
Konsistensi : Cair
Warna : kuning
Bau : Khas
Pola defekasi : 5-6 x sehari
Bentuk : cair
Lendir : ada
Darah : tidak ada
Masalah eliminasi bowel : Tidak ada
Lain-lain : tidak ada
Masalah Keperawatan : gangguan eliminasi:gastroenteritis
3. Pola Aktifitas/Latihan
a. Sehat
Pola Aktifitas sehari-hari : Bekerja
Latihan fisik : olahraga
Jenis : volly ball
Frekwensi : 1 x seminggu
Lama : 2 jam
Aktifitas yg membuat lelah : Bekerja terlalu lama
Gangguan pergerakan : Nyeri sendi, kram otot
Penyebab : keletihan
Gejala : letih
Efek : Susah beraktivitas
Lain-lain : Tidak ada
b.sakit
Pola aktifitas sehari- hari : pasien bedrest
latihan fisik : tidak ada
jenis : tidak ada
frekuensi : tidak ada
lama : tidak ada
aktivitas yang membuat lemah : tidak ada karena pasien bedrest
gangguan pergerakan : tidak ada
keluhan lain : tidak ada
masalah keperawatan : tidak ada
4. Pola Istirahat Tidur
a. Sehat
Pola tidur : Teratur
Malam (jam) : 7 jam
Siang (jam) : 2 jam
Total (jam) : 9 jam
Gangguan tidur : Tidak ada
b. Sakitk
Pola tidur : Teratur
Malam (jam) : 6 jam
Siang (jam) : 2 Jam
Total (jam) : 8 jam
Gangguan tidur : Tidak ada
Keluhan lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
5. Personal Hygiene
a. Sehat
Mandi : 2 x sehari
Gosok gigi : 3 x sehari
Cuci rambut : 2 x seminggu
Potong kuku : 1 x seminggu
Hambatan pemenuhan P. Hygiene : Tidak ada
b. Sakit
Mandi : 1 x sehari
Gosok gigi : 1 x sehari
Cuci rambut : belum ada semenjak masuk rumah sakit
Potong kuku : 1 x seminggu
Hambatan pemenuhan p. hygiene : Kepala pusing dan di bantu oleh keluarga
Masalah keperawatan : Gangguan pemenuhan P. Hygiene
6. Keselamatan dan Keamanan
Kebisingan : Tidak ada
Peralatan medik : IVFD NACL 30 tts/i
Identitas Klien : ada
Keluhan lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada
J. CATATAN KHUSUS
1. Apa pasien mengerti tentang penyakit yang di deritanya? : tidak
2. Bila dulu pernah dirawat, macam kegiatan perawatan apa dirasakan terganggu? : Tidak ada
3. Bagaimana hubungan suami istri sebelum dan sesudah sakit? : Baik
4. Apakah ada pertanyaan yang diajukan? : Ada
5. Bila ada : tentang program pengobatan penyakitnya
Masalah Keperawatan : Kurangnya pengetahuan tentang program pengobatan
K. PEMERIKASAAN FISIK
1. Umum
Keadaan umum : Baik
Tingkat kesadaran : Komposmentis
Tinggi badan : 170 cm
Berat badan : 61 kg
Masalah keperawatan : Tidak ada
2. Tanda-tanda Vital
Suhu : 36,9° C
Nadi : 94 x /i
Pernafasan : 24 x/i
Tekanan Darah : 140/90 mmHg
Masalah keperawatan : Tidak ada
3. Integumen
Kulit
Inspeksi
Kebersihan kulit : Bersih
Warna kulit : Pucat
Kelembaban : Kering
Palpasi : Suhu : Hangat
Tekstur : Normal
Turgor : tidak ada
Masalah keperawatan : tidak ada
4. Kuku
Inspeksi : Warna : Normal
Bentuk : Normal
Keadaaan : Bersih
Palpasi : Capillary refill : Normal
Masalah keperawatan : Tidak ada
5. Rambut dan Kepala
Inspeksi : Kuantitas : Tipis
Distribusi : Normal
Palpasi : Tekstur : Halus
Kulit Kepala : Berketombe
Keadaan rambut : Kotor
Tekstur : Halus
Masalah keperawatan : Gangguan pemenuhan personal hygiene
6. Wajah/Muka
Inspeksi : Simetris : ya
Ekspresi wajah : Bingung
Masalah keperawatan : Tidak ada
7. Mata
Inspeksi : kesejajaran : Normal
Palpera : Normal
Sclera : Normal
Conjungtiva : Tidak ikterik
Pupil : Tidak anemis
Reaksi pupil thd cahaya : Isokor
Keadaan mata : Bersih
Palpasi : Nyeri tekan : Tidak
Masalah keperawatan : Tidak ada
8. Telinga
Inspeksi : Normal
Keadaaan Telinga : Bersih
Masalah keperawatan : Tidak ada
9. Hidung dan Sinus
Inspeksi : Simetris : Ya
Kesulitan Bernafas : Ya
Warna kulit hidung : Cokelat
Pembekakan : Tidak
Mukosa : Lembab
Perdarahan : Tidak
Keadaan Hidung : Kotor
Palpasi suhu sinus terhadap nyeri tekan
Frontal : tidak
Maxilaris : tidak
Masalah Keperawatan : Gangguan pemenuhan personal hygiene
10. Mulut
Inspeksi : Bibir : Normal
Gusi : Normal
Gigi : Sisa makanan
Lidah : Simetris
Keadaan Mulut : kotor
Masalah Keperawatan : Gangguan pemenuhan personal hygiene
11. Leher
Inspeksi : Normal
Palpasi : Leher : Panas
Masalah Keperawatan : Tidak ada
12. Thorax/Dada dan Paru-paru
Inspeksi : Postur : Normal
Bentuk : Normal
Pola nafas : normal
Sifat nafas : Dada
Retraksi Torakalis : Ada
Batuk : Tidak ada
Palpasi : Normal
Ekspansi paru pd sisi knan & kiri : Simetris
Taktil Fremitus : Anterior : Normal
Posterior : Normal
Perkusi Paru : Resonan/normal
Auskultasi : Vesikuler
Masalah keperawatan : tidak ada
13. Payudara
Inspeksi : Normal
Palpasi : Normal
Lain-lain : Tidak ada
Masalah keperawatan : Tidak ada
14. Kardiovaskuler
Inspeksi Jantung : Pulsasi Apikal : Tidak ada
Inspeksi dan Palpasi : Pulsasi Apikal : Normal
Masalah Keperawatan : Tidak ada
15. Abdomen/Perut
a. Abdomen
Inspeksi : Normal
Auskultasi : Bising usus : Normal
Perkusi Hepar : Pekak
Limpa : Redup
Abdomen : Timpani
Palpasi Ringan : -
b. Anus : terdapat luka
Lain-lain : -
Masalah keperawatan : gangguan integritas kulit
16. Genitalia
Inspeksi : Normal
Kateter : Tidak terpasang
Palpasi : Normal
Masalah Keperawatan : Tidak ada
17. Muskuloskletal
Inspeksi
Otot : Ukuran : Normal
Kontraktur : Tidak
Tremor : Tidak
Tulang : Normal
Tulang Belakang : Normal
Sendi : Normal
ROM : Normal
Palpasi
Otot : Lemah
Tulang : Normal
Sendi : Normal
Masalah Keperawatan : Intoleransi aktivitas
18. Persarafan/Neurologi
Orientasi : Baik
Atensi : Baik
Berbicara : Normal
Sensasi : Sentuhan
Penciuman : Baik
Pengecapan : Baik
Ingesti-digesti : Mengunyah : mampu
Menelan : Mampu
Gerakan : Berjalan : mampu
Masalah Keperawatan : Tidak ada
L.HASIL PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pemeriksaan laboratorium tanggal 17 februari 2010:
-Hb 11,9 g/dl
-Leukosit 3000 sel/mm3
-Trombosit 556.000/mm3
-Ht 35,4 %
-Eritrosit 4,55 x 106/mm3
-LED 10
M. PROGRAM DOKTER PADA TANGGAL 17 FEBRUARI 2010:
- IVFD NACL 30 tts/i
-Diit MB
- Papaxerin 3 x 1
I. ANALISA DATA DAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO | DATA FOKUS (SUBJEKTIF DAN OBJEKTIF) | MASALAH | PENYEBAB |
.1. 2. 3. | DS : Pasien mengatakan nyeri pada kepala DO : Pasien terlihat meringis DS: pasien mengatakan kurang tau tentang penyakitnya DO: ps terliahat bingung DS : pasien mengatakan napsu makan –badan terasa capek. DO :kl/u lemah,pasien tampak pucat, | Gangguan rasa nyaman nyeri cemas gangguan pemenuhan nutrisi | Gangguan pola tidur Kurang tau tntng pnykitnya Ketidakseimbangan intake dan output cairan dalam tubuh. |
II. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO | DAFTAR DIAGNOSA KEPERWATAN (BERDASARKAN PRIORITAS MASALAH) | TANDA TANGAN |
1. 2. 3. | Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang |
III. RENCANA KEPERAWATAN
NO | TANGGAL /JAM | MASALAH KEPERAWATAN | TUJUAN & KRITERIA HASIL | RENCANA TINDAKAN | RASIONAL |
1. 2. 3. | 29-oktober-11 14 : 05 WIB 30-okt-2011 08.30 1-nov-11 21.00 | Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala. Cemas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan | Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 jam diharapkan aktivitas klien terpenuhi Dengan KH: Pasien mudah tidur dalam waktu 30 – 40 menit. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 jam diharapkan aktivitas klien terpenuhi Dengan KH: Pasien dapat mengidentifikasikan sebab kecemasan. Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x24 jam diharapkan aktivitas klien terpenuhi Dengan KH: .Pasien mengetahui tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatannya dan dapat menjelaskan kembali bila ditanya. | -Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenang. - Kaji tentang kebiasaan tidur pasien di rumah - Kaji adanya faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain seperti cemas, efek obat-obatan dan suasana ramai - Kaji tingkat kecemasan yang dialami oleh pasien. - Beri kesempatan pada pasien untuk mengungkapkan rasa cemasnya. - Beri informasi yang akurat tentang proses penyakit dan anjurkan pasien untuk ikut serta dalam tindakan keperawatan - Kaji tingkat pengetahuan pasien/keluarga tentang penyakit DM dan Ca. Nasofaring - Kaji latar belakang pendidikan pasien. | -Lingkungan yang nyaman dapat membantu meningkatkan tidur/istirahat. -Mengetahui perubahan dari hal-hal yang merupakan kebiasaan pasien ketika tidur - Mengetahui faktor penyebab gangguan pola tidur yang lain dialami dan dirasakan pasien. - Untuk menentukan tingkat kecemasan yang dialami pasien sehingga perawat bisa -Dapat meringankan beban pikiran pasien. - Informasi yang akurat tentang penyakitnya dan keikutsertaan pasien dalam melakukan tindakan dapat mengurangi beban pikiran pasien. - Untuk memberikan informasi pada pasien/keluarga, perawat perlu mengetahui sejauh mana informasi atau pengetahuan yang diketahui pasien/keluarga. - Agar perawat dapat memberikan penjelasan dengan menggunakan kata-kata dan kalimat yang dapat dimengerti pasien sesuai tingkat pendidikan pasien. |
IV. CATATAN KEPERAWATAN
TANGGAL/JAM | NO.DX | TINDAKAN KEPERAWATAN | NAMA JELAS |
17 Feb 2010 09 : 00 WIB 18 Feb 2010 16 : 00 WIB 19 Feb 2010 21: 00 WIB | 1 2 3 | -Memberikan pasien banyak minum air putih -memberikan pasien makanan yang kaya akan serat, yaitu: tepung sereal, roti, dan buah-buahan segar -Mengajarkan kepada klien tentang jenis-jenis makanan yang banyak mengandung air seperti buah-buahan -memberikan cairan elektrolit sesuai prototkol ( dengan oralit dan cairan parenteral bila indikasi) -memberikan obat anti diare dan antibiotic sesuai program. -Menggunakan kapas lembab dan sabun untuk membersihkan anus setiap buang air besar. -mengganti kain bila lembab atau basah -mengggunakan obat cream bila perlu perawatan perineal. -Menjelaskan dasar pemikiran untuk terapi penggantian -Menguraikan efek pengobatan pada pasien -Membantu pasien menyusun jadwal untuk memastikan pelaksanaan sendiri terapi -Menjelaskan perlunya tindak lanjut jangka panjang kepada pasien dan |
V. CATATAN PERKEMBANGAN
TANGGAL/JAM | NO.DX | SOAP | PARAF |
18 Feb 2010 13 :30 WIB 19 Feb 2010 21 : 15 WIB 20 Feb 2010 07:20 WIB | 1 2 3 | S : pasien mengatakan nyeri pada kepala berkurang O : K/U sedang, apasien tampak rileks A : Masalah keperawatan teratasi sebagian P : Tindakan dilanjutkan, yaitu peningkatan S : Pasien mengatakan cemas berkurang O : pasien tampak rileks A : Masalah keperawatan teratasi P : Tindakan dihentikan S: Pasien mengatakan sudah bisa beraktifitas sedikit O: pasien kelihatan lebih tenang dan bisa turun dari tempat tidur A: Masalah keperawatan teratasi sebagian P: Tindakan di lanjutkan |
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pembahasan penulis akan membahas mengenai kesenjangan dari Asuhan keperawatan pada klien dengan stroke hemoragic. Berdasarkan tinjauan teoritis dan tinjauan kasus yang telah dibuat dan serta faktor-faktor yang menghambat dan mendukung dalam pelaksanaan asuhan keperawatan yang mengacu pada teori yang ada.
A. A. Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan berdasarkan teoritis dan anamnesa dari pasien, kemudian data dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan klien sesuai dengan permasalahan yang ada. Data yang didapat setelah pengkajian yang dilakukan pada dirasa Ny.N sudah cukup sesuai dengan pengkajian berdasarkan tinjauan teoritis yang ada. Data-data tersebut sudah menunjang untuk melakukan asuhan keperawatan selanjutnya, karena semua data sudah didapatkan dengan jelas dan akurat.
B. B. Diagnosa
Pada tahap ini penulis merumuskan diagnosa dengan menganalisis data- data yang diperoleh dari hasil pengkajian. Berdasarkan hasil pengkajian terhadap kasus yang penulis observasi, muncul tiga diagnosa, sedangkan pada tinjauan teoritis penulis menemukan lima Diagnosa keperawatan, setelah penulis membandingkan antara tinjauan teoritis dan kasus yang penulis temukan maka tidak dapat kesenjangan karena Diagnosa yang ada di tinjauan teoritis juga ditemukan pada tinjauan kasus yaitu:
1. Ganguan pola tidur berhubungan dengan rasa nyeri pada kepala.
2. Kurangnya pengetahuan tentang proses penyakit, diet, perawatan dan pengobatan
3.Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake makanan yang kurang
C.
D.
E.
F.
G. C. Intervensi
Pada tahap ini penulis berusaha untuk melakukan intevensi berdasarkan prioritas masalah. Didalam melakukan penyusunan rencana tindakan keperawatan penulis tidak mengalami kesulitan. Intervensi yang disusun sesuai dengan prioritas masalah pada klien Tn D
Implementasi
Pada tahap ini penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana tindakan yang telah ditetapkan. Dimana dalam melakukan tindakan keperawatan penulis tidak semata-mata melakukan sendiri tetapi melibatkan keluarga pasien serta bantuan dari perawat ruangan.
Evaluasi
Evaluasi asuhan keperawatan merupakan upaya untuk melihat sejauh mana keberhasilan asuhan keperawatan yang telah di capai dengan mengacu kepada tujuan. Kegiatan evalusi yang dilakukan setelah tujuan dari masalah yang ada pada klien tecapai. Dari tiga diagnosa keperawatan yang ada pada tahap akhir evaluasi, maka 3 masalah teratasi sebagian dan terapi di lanjutkan.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
- Pengkajian
Dalam makalah ini, antara pengkajian pada tinjauan teoritis dan tinjauan kasus sudah terdapat kesamaan antara teori dan aplikasinya pada tinjauan kasus.
- Diagnosa
Diagnosa keperawatan yang muncul yang ada pada tinjauan teoritis tidak seluruhnya muncul pada tinjauan kasus. Namun diagnosa yang diangkat sesuai dengan masalah yang ada pada tinjauan kasus sudah cukup mewakili dan sesuai dengan tinjauan teoritis.
- Intervensi
Intervensi yang disusun berdasarkan prioritas masalah yang ada pada tinjauan kasus sudah sesuai dengan tinjauan teoritis.
- Implementasi
Implementasi merupakan aplikasi dari intervensi yang telah disusun.
- Evaluasi
Hasil evaluasi dari implementasi keperawatan pada tinjauan kasus setelah dilakukan perawatan selama 2x 24 jam sudah sangat memuaskan karena semua masalah teratasi.
A. Saran
1. Untuk Institusi
a. Mengupas secara jelas tentang konsep teoritis dan asuhan keperawatan pada klien dengan CARSINOMA NASOFARING.
b. Mendemonstrasikan kepada mahasiswa tindakan keperawatan yang benar pada klien CARSINOMA NASOFARING.
2. Untuk Rumah sakit
a. Memperbaiki sistem manajemen Rumah sakit, sehingga mempermudah proses keperawatan.
b. Memperhatikan jadwal pemulangan klien dengan CARSINOMA NASOFARING.
c. Meningkatkan mutu pelayanan.
3. Untuk Perawat
a. Melakukan perawatan terhadap klien dengan gangguan CARSINOMA NASOFARING. dengan keperawatan professional
b. Melakukan perawatan sesuai dengan prosedur tetap.
c. Melibatkan keluarga dalam proses keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. EGC. Jakarta.
Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.
Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach. 2 nd Edition : WB Sauders.
Lab. UPF Ilmu Penyakit THT FK Unair. (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit THT. Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.
Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (2000). Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Edisi kekempat. FKUI : Jakarta.
Sri Herawati. (2000). Anatomi Fisiologi Cara Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorokan. Laboratorium Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Doenges, M. G. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3 EGC. Jakarta.
Dunna, D.I. Et al. (1995). Medical Surgical Nursing ; A Nursing Process Approach. 2 nd Edition : WB Sauders.
Lab. UPF Ilmu Penyakit THT FK Unair. (1994). Pedoman Diagnosis Dan Terapi Lab/UPF Ilmu Penyakit THT. Rumah Sakit Umum Daerah Dr Soetom Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Surabaya.
Makalah Kuliah THT. Tidak dipublikasikan
Prasetyo B, Ilmu Penyakit THT, EGC Jakarta
Rothrock, C. J. (2000). Perencanaan Asuhan Keperawatan Perioperatif. EGC : Jakarta.
Sjamsuhidajat & Wim De Jong. (1997). Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC : Jakarta.
Soepardi, Efiaty Arsyad & Nurbaiti Iskandar. (2000). Buku Ajar Ilmu Kesehatan THT. Edisi kekempat. FKUI : Jakarta.
Sri Herawati. (2000). Anatomi Fisiologi Cara Pemeriksaan Telinga, Hidung, Tenggorokan. Laboratorium Ilmu Penyakit THT Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar